KUMPULAN MAKALAH
MANAJEMEN MADRASAH
DOSEN PENGAMPU : M. HAMBALI, M.Pd.I
OLEH
SEMESTER V
PROGAM SARJANA (S1), JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
AL URWATUL WUTSQO
JOMBANG 2011/ 2012
MANAJEMEN DALM BERBAGAI
PERPEKTIF
Pendahuluan
Dalam
berbagai wacana kependidikan,sebuah institusi pendidikan merupakan sebuah
tempat yang mana fungsinya untuk mengantarkan anak didik menuju manusia-manusia
yang berkualitas , tak pelak semua rangkaian kegiatan yang mendukungnya selalu
berlandaskan pada cita cita luhur tersebut.
Kultur
dan lingkungan pendidikan yang efektif slalu di tandai dengan suasana dan
kebiasaan kondusif untuk kegiatan belajar secara fisik ,social,mental
psikologis maupu spiritual[1].dalam
kependidikan yang yang harmonis memang acap kali di butuhkan yang namanya
manajemen beserrta seperangkat yang mendukungnya .
Disini
kami akan sedikit memaparkan dari berbagai perspektif praktisi pendidikan
menyoal manajemen dan seperangkat yang yang mendukung proses kemanajemenan itu
baik scara klausal maupun universal, dalam makalah yang singkat ini tentuya
jauh dari sempurna maka apabila ada kesalahan yang ada di dalamnya kami mohon
yang sebesar-besarnya
Rumusan
masalah
·
Apa pengertian manajemen ?
·
Apa saja Ruang lingkup
manajemen madrasah?
·
Apa pengertian pokok dari (filsafat,administrasi,manajemen,kepemimpinan,humanrelation,organisasi
,dan manusia)?
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah
·
Melatih mahasiswa
menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas
mahasiswa.
·
Agar mahasiswa lebih
memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang manajemen madrasah dan
seperangkatnya
Pembahasan
1.1 Pengertian Manajemen
Management
berasal dari kata latin yaitu “manus” yang artinya “to control by hand” atau
“gain result”. manajemen dapat didefinisikan sebagai “proses perencanaan,
pengorganisasian, pengisian staf, pemimpinan, dan pengontrolan untuk optimasi
penggunaan sumber-sumber dan pelaksanaan tugas-tugas dalam mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien”.[2]
Dan dalam pendapat yang lain bahwasanya Manajemen adalah melakukan suatu
pekerjaan melalui orang lain (management is getting done through other people)[3].
Secara etimologi
,management (di indonesia diterjemahkan sebagai “manajemen”) [4]
mendefinisikan manajemen sebagai “one or more managers
individually and collectively setting and achieving goals by exercising related
functions (planning organizing staffing leading and
controlling) and coordinating various resources (information
materials money and people)”. pendapat tersebut kurang lbh mempunyai arti
bahwa manajemen merupakan satu atau lebih manajer yg secara individu maupun
bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dgn melakukan
fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian
penyusunan staf pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi
berbagai sumber daya (informasi material uang dan orang).[5].
sedangkan menurut dr.
sp. siagian dalam buku “filsafat administrasi”
management dapat didefinisikan sebagai “kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh suatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang lain”.[6]
Dari
beberapa perspektif para ahli di atas kami menyimpulkan bahwasanya ilmu
management suatu proses yang mendasar yang terdiri dari perencanaan dari
pengorganisasian dengan sumber daya manausia itu sendiri sebagai tolok ukurnya
dalam alquran pun menjelaskan betapa pentingnya sebuah manajement seperti di
kutip pada quran surat al an’am 165 “dan Dia lah yang
menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”[7]
Dan
dlam ayat lain menyebutkan
21. “dan orang-oranng
yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun
dari pahala amal mereka. tiap-tiap
manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”[8]
2.1 Ruang Lingkup Manajemen
Madrasah
Manajement
yang bagaimanapun memang tidak pernah lepas dari sebuah kultur kedewasaan yang
termanuskrip dalam keseragaman dan kebudayaan dari daerah tertentu ,berdasar
dari itu pula manajemen mempunyai ruang lingkup yang berbeda ,di pandang dari
berbagia aspek manajemen itu sendiri merupakan suatu pengorganisiran yang
mempunyai kepemimpinan dan landasan filosofis maupun teologis, apa lagi bila
sebuah manajement itu di prioritaskan
pada latar belakang madrasah
- lingkungan luar (eksternal)]
terdiri dari :
a. lingkungan umum, meliputi ekonomi, politik, hukum, sosio kultural (budaya), teknologi, dimensi internasional (seperti globalisasi dan paham ekonomi), dan kondisi lingkungan alam.
b. lingkungan khusus (tugas), meliputi pemilik (stockholder), customer, klien, pemasok (suplier), pesaing, suplai tenaga kerja, badan pemerintah, lembaga keuangan, media, dan serikat pekerja.[9]
b. . lingkungan dalam (internal)
terdiri dari :
• Manusia (specialized dan manajerial personal).
• Finansial (sumber, alokasi, dan control dana).
• Fisik (gedung, kantor, dll.).
• Sistem dan Teknologi.
• Sistem nilai dan Budaya Organisasi.
untuk mengukur dan menganalisis lingkungan ini digunakan analisis swot.[10]
3.1. Pengertian Pokok
3.1.1. Filsafat
Filsafat dapat diartikan sebagai berpikir
menurut tata tertib dengan bebas dan dengan sedalam dalamnya ,sehingga sampai
ke dasar suatu persoalan [11].
Segenappemikiran reflektif,radikaldan mendasar atas berbagai persoalan mengenai
ilmu pengetahuan ,landasan dan hubungannya dalam segala segi kehidupan manusia[12]
3.1.2. Administrasi
Administrasi
merupakan suatu enomena social ,suatu perwujudan tertentu di dalam masyarakat
modern. Eksistensi dari pada administrasi ini berkaitan dengan organisasi
,artinya administrasi itu terdapat didalam suatu organisasi .jadi barang siapa
hendak mengetahui administrasi dalam masyarakat ia harus mencari terlebih
dahulu suatu organisasi yang masih hidup ,disitu terdapat administrasi[13] .
dalam arti sempit administrasi sebagaimana yang sering kita dengar sehari hari
yaitu tata usaha [14]
3.1.3.Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan
memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama.
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pap yang diinginkan pihak lainnya.”The art of influencing and directing
meaninsuch away to abatain their willing obedience, confidence, respect, and
loyal cooperation in order to accomplish the mission”. Kepemimpinan
adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang – orang sedemikian rupa
untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal
untuk menyelesaikan tugas[15] .
3.1.4 Human relation
Human
relation dalam arti sempit dapat diartikan sebagai komunikasi peruasif yang
dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja
(work situation) dan dalam organisasi perusahaan dengan tujuan untuk menggugah
kegairahan dn kegiatan kerja dengan semangat kerja sama yang produktif dengan
perasaan senang dan puas. Dengan demikian human relation bukanlah sekedar
relasi atau hubungan saja, human relation bukan suatu keadaan yang pasif,
melainkan suatu aktivitas. Human relation adalah suatu “action oriented”. Suatu
kegiatan untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan.[16]
salah
satu tokoh dalam pendekatan ini adalah Elton
Mijo. Pendekatan ini mendorong motivasi seseorang dengan cara sosial,
misalnya dengan adanya pengajian rutin mingguan, arisan bulanan dan sebagainya.
Yang bisa mendorong mereka untuk bisa berinteraksi dengan orang lain.
Pendekatan ini memperbaiki pendekatan tradisional, karena aspek sosial
seseorang tidak hanya pada uang[17].
3.1.5 Organisasi
Stephen P. Robbinsmenyatakan bahwa Organisasi
adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas
dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan[18]
Dalam
ilmu-ilmu sosial,
organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi,
ekonomi,
ilmu politik, psikologi,
dan manajemen
Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi
(organizational studies), perilaku organisasi
(organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization
analysis).[19]Organisasi
pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul,
bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin
dan terkendali[20],
3.1.6 Manusia
Manusia
atau orang dapat diartikan
berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran.
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan
ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama
lain serta pertolongan.[21]
Penutup
Kesimpulan
manajemen merupakan
satu atau lebih manajer yg secara individu maupun bersama-sama menyusun dan
mencapai tujuan organisasi dgn melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorgnisasian penyusunan staf
pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya
(informasi material uang dan orang)
Daftar
Pustaka
1) Mulyono , 2009,Manajemen administrasi &organisasi pendidikan ,AR-RUZZ Media,Jogjakarta
2) Prajudi atmosudirdjo.1982 administrasi dan manajemen umum cet 9 ,
Ghalia indonesia,Jakarta
3) Stephen P.Robbins.1994. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan
Aplikasi ARCAN ,Jakarta
4) Inu kencana S.2006. Ilmu administrasi public .cet 2 PT RINEKA
CIPTA, jakarta
5) Sondang p. siagian .2006.filsafat administrasi.Bumi Aksara,Jakarta
6)
Alquran Terjemah ,Depag 2009 , cet 1,fitrah Robbani,semarang
7) Muhammad Muslih, 2008,filsafat ilmu,cet 5,Belukar,yogyakarta
8) Nasution,Harun,1973,filsafat agama,Bulan Bintang,Jakarta
12) http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/
di unduh15-10-2011
13) http://hilman2004materials.wordpress.com/2008/04/11/human-relation-dalam-organisasi-perusahaan/
15-10-2011
14) http://pandidikan.blogspot.com/2010/11/pengarahan-dalam-managemen-madrasah.html di unduh 15-10-2011
MANAJEMEN
RESIKO
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rekaman tertua
terkait pengelolaan risiko dapat ditemukan pada piagam hammurabi (codex
hammurabi), yang dibuat pada tahun 2100 sebelum masehi. Piagam tersebut
mencantumkan peraturan dimana pemilik kapal dapat meminjam uang untuk membeli
kargo, namun bila dalam perjalanan kapalnya tenggelam atau hilang, ia tidak
perlu mengembalikan uang pinjaman tersebut. Masa ini disebut sebagi zaman
pertama manajemen risiko, dimana hanya melihat risiko non entrepreneurial (seperti
misalnya keamanan).[22]
Setiap lapangan
ilmu mempunyai terminologi sendiri. Istilah yang mempunyai arti sederhana dalam
penggunaan sehari-hari, acap kali berbeda bahkan bisa merupakan pengertian yang
rumit bila di pergunakan dalam bidang pengetahuan tertentu[23]
dan setiap membuat keputuasan,kita memutuskan untuk melakukan seseuatu atau
tidak melakukan sesuatu. Keduanya membawa konsekuensi risiko.[24]
Perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengawasan,khususnya dalam bidang pendidikan merupakan kegiatan manajerial yang
pada hakikatnya merupakan proses pengambilan keputusan. Semua kegiatan tersebut
membutuhkan informasi,informasi yang dibutuhkan oleh para manajer,termasuk
mengelola pendidikan disediakan oleh system informasi manajemen – SIM
(Management Information System) yaitu tanda”suatu system yang menyediakan
informasi untuk manajer secara teratur”. Informasi ini dimanfaatkan sebagai
dasar untuk melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan serta hasil-hasil yang
dicapai.[25]
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka rumusan masalahnya antara lain adalah:
1. Apa pengertian manajemen risiko ?
2. Sebutkan prinsip-prinsip manajemen
risiko ?
3. Bagaiman pelaksanaan manajemen risiko
?
C. Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan masalah yang
dikemukakan diatas,maka pembahasan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui dan memahami pengertian
manajemen risiko
2. Mengetahui dan memahami
prinsip-prinsip manajemen risiko
3. Mengetahui dan memahami pelaksanaan
dan manajemen risiko
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen adalah suatu proses
tertentu menggunakan kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang
didalam pelaksanaannya dapat mengikuti alur keilmuan secara ilmiah dan dapat
pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan
orang lain.[26]
Resiko merupakan keadaan adanya ketidakpastian dan
tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif.[27]
Ada pengertian lain mengenai risiko,
yaitu risiko berhubungan dengan ketidakpastian (uncertain) yang terjadi karena
kurang atau tidak tersedianya cukup info tentang apa yang akan terjadi yang
dapat berakibat menguntungkan yang dikenal dengan istilah peluang (opportunity)
atau merugikan yang dikenal dengan istilah risiko (risk). Secara umum risiko
dapat diartikan sebagai suatu kedaan yang dihadapi seseorang dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan.
Risiko dapat dikategorikan kedalam
dua bentuk:
1. Risiko spekulatif dalah suatu keadaan
yang dihadapi perusahaaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat
memberikan kerugaian.
2. Risiko murni adalah sesuatu yang
hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apapun dan tidak mungkin
menguntungkan.contoh kebakaran.[28]
Ketidakpastian dan risiko biasanya dijelasakan dalam
kemungkinan- kemungkinan,namun
demikian pada ketidakpastian seberapa besar satu kemungkinan muncul belum dapat
diketaahui secara pasti,karena masing-masing,kemungkinan tidak memiliki data ,
sedangkan risiko memiliki data tentang berbagai kemungkinan yang mungkin
terjadi,perbandingan antara risiko dengan ketidakpastian tersebut dapat dilihat
pada table berikut ini:[29]
Risiko
|
Ketidakpastian
|
·
Ukuran kuantitas (Quantity subject) ukuran empiris
·
Dapat mengukur kemungkinan nilai suatu kejadian fluktuasinya
·
Ada data pendukung (pengetahuan) mengenai kemungkinan kejadian
·
Un know but unqualified out comes
|
·
Jenis subjek yang tidak kuantitatif
·
Tidak dapat mengukur fluktuasi dengan probabilitas
·
Tidak ada data pendukung mengukur kemungkinan terjadi
·
Un know and unqualified out comes
|
Ada beberapa pendapat tentang
manajemen risiko antara lain :
1. Menurut Drs.H.Abbas Salim,M.A
Manajemen risiko adalah semua risiko
yang terjadi didalam masyarakat (kerugian harta, jiwa, keuangan, usaha dan
lain-lain) ditinjau dari manajemen perusahaan.[30]
2. Manajemen risiko adalah metode yang
tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan, penetapan
konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.[31]
3. Manajemen risiko secara umum adalah
bagian proses kegiatan dalam organisasi dan pelaksanaanya terdiri dari
multidisiplin keilmuan dan latar belakang. Manajemen resiko adalah proses yang
berjalan terus menerus.[32]
Jadi, manajemen resiko merupakan
suatu usaha untuk mengetahui, menganilisis serta mengendalikan risikodalam
setiap kegiatan dengan tujuan memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih
tinggi.[33]
Dari pengertian
di atas maka dapat dipahami bahwa pengertian manajemen risiko adalah suatu
pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman,suatu rangkaian aktifitas manusia termasuk:penilaian
risiko,pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya.[34]
Ada sebuah
gambar menarik pada salah satu literature tentang manajemen risiko.Digambarkan
sebuah pohon apel yang tumbuh persis di bibir jurang. Pada sisi dalam jurang
tampak sebutir apel berukuran kecil berwarna hijau kemerahan,sedangkan pada
sisi luar jurang tampak sebutir apel yang lain. Warnanya merah ranum,ukurannya
dua kali apel yang pertama. Di bawah gambra tersebut tertulis sebuah kalimat
Tanya, “Yang mana yang akan anda petik?” gambar tersebut secara tepat
melukiskan bahwa seringkali,bahkan mungkin selalu,keinginan akan sesuatu yang
lebih baik (lebih menguntungkan) mengandung risiko yang lebih besar. Tidak
terkecuali didalam menjalankan bisnis.setiap keputusan bisnis,secara sadar atau
tidak sadar,adalah juga suatu keputusan mengenai risiko apa yang akan dan siap
dihadapi oleh pengambil keputusan.
Kenyataan risiko
bisa mengandung di dalamnya suatu peluang yang sangat besar bagi mereka yang
mampu mengelolanya dengan baik. Hal itu mungkin yang melatarbelakangi mengapa
kalimat “Saya akan ambil risiko tersebut,” dalam bahasa Inggris lebih banyak
dinyatakan dengan,I will take that chance. Kesadaran akan memahami risiko
dengan baik sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk
mengoptimalkan keuntungan inilah yang menjadi dasar terbentuknya konsep
Manajemen Risiko yang akhir-akhir ini semakin mengemuka.
B.
Prinsip – prinsip Dasar Manajemen
Risiko
Manajemen risiko pada dasarnya adalah
proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang
diperlukan untuk mengenali,mengukur,dan mengelola risiko secara lebih
transparan. Berdasarkan konsep dasar di atas salah satu paradigm penting yang
ditawarkan oleh manajemen risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa ririko
dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka piker yang sangat rasional.
Hal ini dimungkinkan berkat berkembangnya teori probabilitas dan statistic yang
memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah,meng-quantify dan mengukur
risiko. Asumsi yang mendasari hal ini adalah bahwa statistic mengandung
didalamnya “ingatan numeric” (numerical memory) yang bertitik tolak dari hal
itu kita dapat membaca suatu alur tertentu yang memungkinkan kita
memproyeksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan kita hadapi dimasa mendatang.
Bagaimanpun,
manajemen risiko tetaplah hanya alat bantu manajemen dalam proses pengambilan
keputusan. Manajemen risiko nukanlah sekedar angka statistic,teknik ataupun
teknologi. Wujud penerapan terbaik manajemen ridiko merupakan suatu proses
membangun kesadaran tentang risiko di seluruh komponen organisasi,suatu proses
pendidikan bagaimana menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh manajemen
risiko tanpa harus dikendalikan olehnya,dan mengembangkan naluri pengambilan
keputusan yang kuat (khususnya terhadap risiko).
Bertitik tolak
dari hal-hal di atas,terdapat beberapa prinsip yang harus dipatuhi di dalam
mengembangkan dan menerapkan suatu model manajemen risiko. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
1) Transparansi
Prinsip ini mensyaratkan agar seluruh
potensi risiko yang ada pada suatu aktifitas,khususnya transaksi,dibeberkan
secara terbuka. Risiko yang tersembunyi atau disembunyikan akan menjadi sumber
permasalahan terbesar dan perdefinisi, tidak akan dapat dikelola dengan baik
2) Pengukuran yang akurat
Prinsip ini mewakili sisi sains dari
konsep manajemen risiko,dan mensyaratkan investasi berkesinambungan untuk
berbagai teknik dan alat yang akan digunakan sebagai syarat dari proses
manajemen risiko yang kuat.
3) Informasi berkualitas yang tepat
waktu
Prinsip ini akan turut menentukan
akurasi pengukuran dan kualitas keputusan yang diambil. Sebaliknya tidak
terpenuhinya prinsip ini bias membawa manajemen pada suatu keputusan yang
berisiko fatal.
4) Diversifikasi
System manajemen risiko yang baik
menempatkan konsep diversifikasi sebagi sesuatu yang penting untuk
dicermati.Hal ini menuntut pola pemantauan yang konstan dan konsisten.Asumsinya
adalah bahwa konsentrasi (risiko) dapat muncul setiap saat seiring dengan
berbagai perubahan yang terjadi di dunia.
5) Independensi
Berdasarkan prinsip independensi,
keberadaan kelompok manajemen risiko yang independen dianggap sebagai suatu
keharusan. Prinsip ini tidak sekedar berbicara tentang kewenangan dan level
tanggung jawab dari kelompok manajemen risiko dan kelompok atau unit lainnya,
melainkan juga tentang visi dan kualitas interrelasi antara kelompok manajemen
risiko dengan kelompok atau unit lainnya, dan juga antar kelompok atau unit
yang melaksanakan transaksi dengan mangambil risiko tertentu.
6) Pola Keputusan yang Disiplin
Porsi sains dalam konsep manajemen
risiko memang telah banyak memberikan banyak konstribusi bagi kemampuan
manajemen risiko dalam melakukan pengukuran risiko namun kualitas pengukuran
tetap saja tergantung pada bagaimana, manajemen memutuskan cara terbaik untuk
menggunakan alat atau teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang dimiliki
oleh alat atau teknik tersebut.
7) Kebijakan
Prinsip ini mensyaratkan bahwa tujuan
dan strategi manajemen risiko harus dirumuskan dalam sebuah policy,manual dan
procedure yang jelas. Policy harus secara jelas menjabarkan dan mendefinisikan
filosofi manajemen risiko dan menyediakan keseluruhan pendekatan yang digunakan
serta organisasi dari proses pengambilan risiko. Tujuan utama dari hal tersebut
adalah untuk memberikan kejelasan mengenai proses manajemen risiko,baik untuk
pihak internal maupun untuk pihak eksternal seperti regulator dan para
analisis.
Prinsisp-prinsip tersebut di atas akan menjadi penentu
arah dalam menyusun suatu model manajemen risiko yang handal. Lebih
jauh,prinsip-prinsip tersebut juga akan menjadi penentu keberhasilan dari
penerapan model manajemen risiko. Tanpa pemahaman mendalam serta konsistensi
dalam menggunakan prinsip-prinsip tersebut,maka penyusunan dan penerapan suatu
model manajemen risiko tidak akan memberikan nilai tambah yang seharusnya dapat
diperoleh.[35]
C.Pelaksanaan Manajemen Risiko
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah
menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen pendidikan/
organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat
dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering
dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Proses ini dapat diterapkan di semua
tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika
diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali
dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.[36]
Strategi yang dapat diambil antara
lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,menghindari risiko,mengurangi
efek negatif risiko,dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko
tertentu.Manajemen resiko tradisional berfokus pada risiko-risiko yang timbul
oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran,kematian
serta tuntutan hukum). Manajemen risiko keuangan,disisi lain,terfokus pada
risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instumen – instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk
mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah
dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa
berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan,teknologi,manusia,organisasi dan politik.
Disisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan
segala cara yang tersedia bagi manusia khususnya,bagi entitas manajemen risiko
(manusia,staff dan organisasi). Dalam perkembangannya risiko-risiko yang
dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasikan menjadi :
·
Risiko operasional
·
Risiko hazard
·
Risiko financial
·
Risiko strategik
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan
manajemen risiko terintegrasi korporasi (enterprise risk management). Manajemen
risiko dinilai dari proses identifikasi risiko, penilaian risiko, mitigasi,
monitoring dan evaluasi.[37]
Ada beberapa elemen utama dari proses
manajemen risiko, meliputi:
a.
Penetapan tujuan
Menetapkan strategi, kebijakan
organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.
b. Identifkasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan
bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis
lebih lanjut.
c.
Analisis risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan
probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan
risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X
konsekuensi).
d. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada
dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas
manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk
ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan
saja tanpa harus melakukan pengendalian.
e. Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas
dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa
dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f.
Monitor dan Review
Monitor dan review
terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi
perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
g.
Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi dengan
pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen
risiko yang dilakukan.
Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di
organisasi. Manajemen risiko dapat diterapkan di level strategis dan level
operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada proyek yang spesifik,
untuk membantu proses pengambilan
keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik.[38]
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan manajemen
resiko antara lain (Mok et al., 1996):
1. Berguna untuk mengambil keputusan
dalam menangani masalah-masalah yang rumit.
2. Memudahkan estimasi biaya.
3. Memberikan pendapat dan intuisi dalam
pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar.
4. Memungkinkan bagi para pembuat
keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
5. Memungkinkan bagi para pembuat
keputusan untuk memutuskan berapa banyak informasi yang dibutuhkan dalam
menyelesaikan masalah.
6. Meningkatkan pendekatan sistematis
dan logika untuk membuat keputusan.
7. Menyediakan pedoman untuk membantu
perumusan masalah.
8. Memungkinkan analisa yang cermat dari
pilihan-pilihan alternatif.
Menurut Darmawi, (2005, hal. 11)
Manfaat manajemen risiko dapat dibagi dalam 5 (lima) kategori utama yaitu :
a.
Manajemen risiko
mungkin dapat mencegah dari kegagalan.
b.
Manajemen risiko
menunjang secara langsung peningkatan laba.
c.
Manajemen risiko
dapat memberikan laba secara tidak langsung.
d.
Adanya ketenangan
pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko
murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu.
e.
Manajemen risiko
melindungi perusahaan dari risiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan
pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung
menolong meningkatkan public image.[39]
Risiko
merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Setiap perubahan yang dilakukan oleh sekolah atau madrasah akan menimbulkan
suatu risiko,namun demikian tidak melakukan proses perubahan juga memiliki
risiko. Oleh karena itu,sekolah atau madrasah harus mengidentifikasi risiko dan
merencanakan proses pengelolaannya baik itu risiko yang berarti negatif maupun
positif. Beberapa tipe risiko dilembaga pendidikan meliputi
a) Risiko strategis ,merupakan risiko
yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan
b) Risiko keuangan, merupakan risiko
yang mungkin akan berakibat berkurangnya asset
c) Risiko operasioanal,merupakan risiko
yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen
d) Risiko pemenuhan, merupakan risiko
yang berdampak pada kemampuan proses dan prosedur internal untuk memenuhi hukum
dan peraturan yang berlaku
e) Risiko reputasi, merupakan risiko
yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga (princewater coper,2003).[40]
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Manajemen Risiko
adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman,suatu rangkaian aktifitas manusia
termasuk:penilaian risiko,pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi
risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan sumberdaya.
2.
Prinsip-prinsip
manajemen risiko, antara lain:
a.
Transparansi,mensyaratkan
agar seluruh potensi risiko yang ada pada suatu aktifitas,khususnya transaksi,
dibeberkan secara terbuka.
b.
Pengukuran yang
akurat, mewakili sisi sains dari konsep manajemen risiko
c.
Informasi
berkualitas yang tepat waktu, tidak terpenuhinya prinsip ini bisa membawa
manajemen pada suatu keputusan yang berisiko fatal.
d.
Diversifikasi,
sebagi sesuatu yang penting untuk dicermati,asumsinya adalah bahwa konsentrasi
(risiko) dapat muncul setiap saat seiring dengan berbagai perubahan yang
terjadi di dunia.
e.
Independensi,
kelompok manajemen risiko yang independen dianggap sebagai suatu keharusan
f.
Pola Keputusan
yang Disiplin, Porsi sains dalam konsep manajemen risiko memang telah banyak
memberikan banyak konstribusi namun kualitas pengukuran tetap saja tergantung
pada bagaimana, manajemen memutuskan cara terbaik untuk menggunakan alat atau
teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh alat atau teknik
tersebut.
g.
Kebijakan,
mensyaratkan bahwa tujuan dan strategi manajemen risiko harus dirumuskan dalam
sebuah policy, manual dan procedure yang jelas.
- Pelasanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen pendidikan/ organisasi. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan. Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,menghindari risiko,mengurangi efek negatif risiko,dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. Drs.1990. Manajemen Risiko. Jakarta : Bumi Aksara.
Muhaimin, M.A.dkk. 2011. Manajemen Pendidikan : Aplikasinya dalam
Penyusunan
Rencana
Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Kencana.
Salim, Abbas.H.Drs.M.A. 1993. Asuransi & Manajemen Risiko. Jakarta
: Raja Grafindo
Persada.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia. 2009. Manajemen
Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Id.
Wikipedia.Org/Wiki/Manajemen_Risiko.
Id.wikipedia.Program Studi S2 MKM Kelas E-Learning
Mata Ajaran K3
MANAJEMEN PERENCANAAN
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Ada beberapa pihak yang
menyatakan bahwa perencanaan (planning), merupakan suatu pendekatan yang
teroganisir untuk menghadapi problema – problema di masa yang akan dating dan
mereka member uraian bahwa planning mengembangkan rancangan kegiatan hari ini untuk
tindakan – tindakan di masa mendatang. Planning menjembatani jurang pemisah
antara posisi kita sekarang dan tujuan yang ingin dicapai[41].
Suatu
perencanaan yang baik tentunya harus dirumuskan.Perencanaan yang baik paling
tidak memiliki berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu faktual atau
realistis, logis dan rasional, fleksibel, komitmen, dan komprehensif.Faktual
atau realistis. Artinya bahwa perencanaan yang akan ditetapkan oleh organisasi
harus sesuai dengan fakta dan kondisi tertentu yang akan di hadapi oleh
organisasi. Logis dan rasional. Artinya bahwa perencanaan yang akan dirumuskan
dapat diterima oleh akal (logis) dan rasional sehingga dapat di dilaksanakan.
Fleksibel.Artinya bahwa perencanaan yang baik bersifat fleksibel dan tidak
kaku.Perencanaan tersebut harus bisa beradaptasi dengan perubahan-perubahan
yang terjadi dimasa mendatang.Komitmen.Perencanaan yang baik harus merupakan
dan melahirkan komitmen terhadap seluruh anggota organisasi untuk dapat
bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan organisasi.Komprehensif.Artinya bahwa
perencanaan yang baik harus menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang
terkait langsung maupun tidak langsung terhadap organisasi. Perencanaan yang
baik tidak hanya terkait dengan satu bagian saja, akan tetapi juga mempertimbangkan
koordinasi dan integrasi dengan bagian lain dalam organisasi tersebut[42].
- RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari perencanaan?
2. Apa jenis – jenis perencanaan?
3. Apa model – model perencanaan?
4. Apa metode dalam perencanaan?
5. Bagaimana teknik dalam perencanaan?
6. Bagaimana menyusun anggaran dalam perencanaan?
- TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mahasiswa memahami pengertian dari perencanaan
2. Mahasiswa mengetahui jenis – jenis perencanaan
3. Mahasiswa mengetahui model – model perencanaan
4. Mahasiswa mengetahui metode dalam perencanaan
5. Mahasiswa mengetahui teknik dalam perencanaan
6. Mahasiswa memahami
cara menyusun anggaran dalam perencanaan
PENGERTIAN
A. PENGERTIAN
Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang
hendak dilakukan pada masa depan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatur
berbagai sumber daya agar hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
Perencanaan adalah proses
penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan
sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif
mungkin (roger A. Kauffman, 1972).
Perencanaan merupakan tindakan
menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan dan siapa yang
mengerjakannya[43].
Dalam proses manajemen, yang
menjadi titik awalnya adalah perencanaan. Jadi perencanaan sebagai awal kita
melakukan proses manajemen sebelum kita melakukan pengorganisasian, pengarahan,
dan pengontrolan.
Menurut
George R. Terry perencanaan adalah: “planning is the selecting and relating
of fact and the making and using of assumption regarding the future in the
visualization and formulating of proposed activities believed necessary to
achieve desired result”.
"
perencanaan adalah pemilihan dan berhubungan fakta dan pembuatan dan penggunaan
asumsi mengenai yang masa depan visualisasi dan perumusan tentang aktivitas
diusulkan yang dipercaya diperlukan untuk mencapai hasil diinginkan".
Dalam pengertian tersebut bisa kita simpulkan antara
lain:
1.
Perencanaan merupakan kegiatan yang
harus didasarkan pada fakta, data dan
keterangan kongkret.
2.
Perencanaan merupakan suatu pekerjaan
mental yang memerlukan pemikiran,
imajinasi dan
kesanggupan melihat ke masa yang akan datang.
3.
Perencanaan mengenai masa yang akan
datang dan menyangkut tindakan
tindakan apa yang dapat
dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.
Pada
intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya
ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu
yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan
rencana kegiatan tertentu[44].
B. Jenis-jenis
Perencanaan Pendidikan
1. Menurut
besarannya (Magnitude)
a) Perencanaan
Makro
Perencanaan makro
adalah perencnaan yang menetapkan kebijakan –kebijakan yang akan ditempuh,
tujun yng akan ditempuh, tujuan yang akan dicapai dan cara-cara mencapai tujuan
itu pada tingkat nasional.
b) Perencanaan
Meso
Kebijaksanaan yang
telah ditetapkan pada tingkat makro, kemudian dijabarkan ke dalam program –
program yang berskala kecil.Pada tingkat ini perencanaan sudah lebih bersifat
operasional disesuaikan dengan departemen atau unit – unit (intermediate
unit).
c) Perencanaan
Mikro
Perencanaan mikro
diartikan sebagai perencanaan pada tingkat instusional dan merupakan penjabaran
dari perencanaan pada tingkat meso.
Contoh perencanaan
mikro: kegiatan belajar mengajar.
2. Menurut
tingkatannya
a) Perencanaan
strategik (Renstra)
Perencanaan strategik
disebut juga perencanaan jangka panjang. Strategi itu menurut R.G Murdick J.E
Ross (1983) diartikan sebagai konfigurasi tentang hasil yang diharapkan
tercapai pada masa depan[45].
b) Perencanaan
koordinatif (managerial)
Perencanaan koordinatif
(managerial) biasanya sudah terperinci dan menggunakan data statistik.Namun
demikian kadang – kadang juga menggunakan pertimbangan akal sehat.
c) Perencanaan
operasional
Perencanaan operasional
bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkret tentang
bagaimana suatu program atau proyek khusus dilaksanakan menurut aturan,
prosedur, dan ketentuan lain yang ditetapkan secara jelas sebelumnya.
3. Menurut
jangka waktunya
a) Perencanaan
jangka pendek
Perencanaan jangka
pendek adalah perencanaan tahunan atau perencanaan yang dibuat untuk
dilaksanakan dalam waktu kurang dari 5 tahun, sering disebut sebagai rencana
operasional.
b) Perencanaan
jangka menengah
Perencanaan ini
mencakup kurun waktu pelaksanaan 5 – 10 tahun.
c) Perencanaan
jangka panjang
Perencanaan ini
meliputi cakupan waktu di atas 10 tahun sampai dengan 25.Perencanaan ini
mempunyai jangka menengah, lebih lebih lagi jika dibandingkan dengan rencana
jangka pendek[46].
C. Model
– model perencanaan Pendidikan
a. Model
perencanaan komperhensif
Komprehensif Artinya
bahwa perencanaan yang baik harus menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang
terkait langsung maupun tidak langsung terhadap organisasi. Perencanaan yang
baik tidak hanya terkait dengan satu bagian saja, akan tetapi juga
mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian lain dalam organisasi tersebut[47].
Model ini terutama
digunakan untuk menganalisis perubahan – perubahan dalam menjabarkan rencana –
rencana yang lebih spesifik ke arah tujuan – tujuan yang lebih luas.
b. Model
target setting
Model ini diperlukan
dalam upaya melaksanakan proyeksi ataupun memperkirakan tingkat perkembangan
dalam kurun waktu tertentu.
Dalam persiapannya
dikenal:
1. Model untuk
menganalisis demografis dan proyeksi penduduk
2. Model untuk
memproyeksikan enrolmen( jumlah siswa terdaftar ) sekolah
3. Model untuk
memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja.
c.
Model ini sering digunakan untuk
menganalisis proyek-proyek dalam criteria efisien dan efektifitas ekonomis.
Dengan model ini dapat diketahui proyek yang paling fleksibel dan memberikan
suatu perbandingan yang paling baik di antara proyek-proyek yang menjadi
alternative penanggulangan masalah yang dihadapi.
Penggunaan model ini
dalam pendidikan didasarkan pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak
terlepas pada pertimbangan bahwa pendidikan itu tidak terlepas dari masalah
pembiayaan. Dan, dengan sejumlah biaya yang dikeluarkan selama proses
pendidikan, diharapkan dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan benefit
tertentu.
d. Model
PPBS
PPBS
(planning, programming, budgeting system) bermakna bahwa perencanaan,
penyusunan program dan penganggaran dipandang sebagai suatu system yang tak
terpisahkan satu sama lainnya. PPBS merupakan suatu proses yang komprehensif
untuk pengambilan keputusan yang lebih efektif. Beberapa ahli memberikan
pengertian, antara lain: Kast Rosenzweig (1979) mengemukakan bahwa PPBS
merupakan suatu pendekatan yang sistematik yang berusaha untuk menetapkan
tujuan, mengembangkan program-program, untuk dicapai, menemukan besarnya biaya
dan alternative dan menggunakan proses penganggaran yang merefleksikan kegiatan
program jangka panjang. Sedangkan Harry J. Hartley (1968) mengemukakan bahwa
PPBS merupakan proses perencanaan yang komprehensif yang meliputi program
budget sebagai komponen utamanya.
Berdasarkan kedua
pengertian tersebut di atas dapat di simpulkan bahwa:
1. PPBS
merupakan pendekatan yang sistematik. Oleh kaena itu, untuk menerapkan PPBS
diperlukan pemahaman tentang konsep dan teori system.
2. PPBS
merupakan suatu proses perencanaan komprehensif. Penerapannya hanya
dimungkinkan untuk
masalah-masalah yang kompleks dan dalam organisasi yang dihadapkan pada masalah
yang rumit dan komprehensif[48].
Untuk
memahami PPBS secara baik, maka perlu kita perhatikan sifat-sifat esensial dari
system ini. Esensi dari PPBS adalah sebagai berikut:
1. Memperinci
secara cermat dan menganalisis secara sistematik terhadap tujuan
yang hendak dicapai.
2. Mencari
alternative-alternatif yang relevan, cara yang berbeda-beda untuk
mencapai tujuan.
3. Menggambarkan
biaya total dari setiap alternative, baik langsung ataupun tidak
langsung, biaya yang
telah lewat ataupun biaya yang akan dating, baik biaya yang berupa uang maupun
biaya yang tidak berupa uanag.
4. Memberikan
gambaran tentang efektifitas setiap alternative dan bagaimana
alternative itu
mencapai tujuan.
5. Membandingkan
dan menganalisis alternative tersebut, yaitu mencari kombinasi
yang memberikan
efektivitas yang paling besar dari suber yang ada dalam pencapaian tujuan (
Jujun S, 1980).
D. Metode
– metode Perencanaan
1. Metode
mean-ways-end analysis (analisis mengenai alat – cara – tujuan)
Metode ini digunakan
untuk meneliti sumber – sumber dan alternative untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Metode
input – output analysis (analisis masukan dan keluaran)
Dilakukan dengan
mengadakan pengkajian terhadap interelasi dan interdependensi berbagai komponen
masukan dan keluaran dari system.
3. Metode
econometric analysis (analisis ekonometrik)
Metode ini menggunakan
data empirik, teori ekonomi dan statistika dalam mengukur perubahan dalam
kaitan dengan ekonomi.
4. Metode
cause – effect diagram (diagram sebab – akibat)
Digunakan dalam
perencanaan dengan menggunakan sikuen, hipotetik untuk memperoleh gambaran
tentang masa depan.
5. Metode
Delphi
Bertujuan untuk
menentukan sejumlah alternative program, mengeksplorasi asumsi – asumsi atau
fakta yang melandasi “judgments” suatu konsensus.
6. Metode
heuristik
Dirancang untuk
mengeksplorasi isu – isu dan untuk mengakomodasi pandangan – pandangan yang
mertentangan atau ketidakpastian.
7. Metode
analysis siklus kehidupan (life – cycle analisis)
Bisa dipergunakan dalam
bidang oendidikan terutama dalam mengalokasikan sumber – sumber pendidikan
dengan melihat kecenderungan – kecenderungan dari berbagai aspek yang dapat
dipertimbangkan untuk merumuskan rencana dan program.
8. Metode
value added analysis (analisis nilai tambah)
Digunakan untuk
mengukur keberhasilan peningkatan produksi atau pelayanan.Dengan demikan kita
dapat mendapatkan gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu
terhadap aspek lainnya[49].
E. Teknik
– teknik Perencanaan
1. Diagram
Balok (Bar Chart)
Waktu
Kegiatan
|
APRIL
|
MEI
|
JUNI
|
JULI
|
AGUSTUS
|
Dst.
|
Keg. A
Keg. B
Keg. C
Keg. D
Keg. E
Dst.
|
|
|
|
|
|
|
2. Diagram
Milstone
Diagram ini disebut
juga diagram struktur perincian kerja. Diagram ini menggambarkan unsure –
unsure fungsional suatu proyek dengan keterkaitannya secara fungsional.
3. PERT
dan CPM (Network Planning)
PERT (program
evaluation and review technique) yaitu teknik penilaian dan peninjauan
program CPM. (critical Path Metode) yaitu metode jalur kritis. Menurut Richard
(1980) PERT diartikan sebagai teknik manajemen dalam merencanakan dan
mengendalikan proyek – proyek yang bersifat nonrepetitive (tak berulang).
Kegunaan PERT terletak
pada tingkat ketelitian analisis dari suatu kegiatan, urutan serta hubungan
logisnya.Sebagai suatu teknik perencanaan PERT dan CPM menggunakan prinsip
pembentukan jaringan kerja, yang sering disebut perencanaan jaringan kerja (network
planning).
Diagram PERT/CPM
merupakan sebuah pernyataan secara grafis dari kegiatan – kegiatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan. Untuk membentuk diagram digunakan symbol –
symbol kegiatan dan kejadian, sebagai berikut:
Artinya peristiwa/kejadian yang menyatakan
permulaan atau akhir dari suatu kegiatan tidak memerlukan waktu/sumber
Artinya
kegiatan (aktivitas) yaitu komponen proyek yang memerlukan waktu dan sumber
(tenaga, perlengkapan, material biaya)
|
Artinya,
kegiatan yang menghubungkan peristiwa 1 dan 2
Banyak
kegiatan yang mulai dari satu peristiwa
Banyak
kegiatan yang menghasilkan suatu peristiwa
Apabila beberapa kejadian dan kegiatan digabungkan,
dan hasilnya digambarkan dalam sebuah diagram, maka terbentuk jaringan –
jaringan dalam suatu kejadian menjadi kejadian akhir bagi suatu kejadian dan
sekaligus menjadi kejadian permulaan bagi kegiatan lainnya.
Contoh
diagram kerja
Penjelasan:
Peristiwa
5 didahului oleh peristiwa 4
Peristiwa
4 didahului oleh peristiwa 3 dan 2
Peristiwa
3 didahului oleh peristiwa 1 dan 2[50]
F. Menyusun
Anggaran
Anggaran dapat
diartikan sebagai suatu rencana operasi dari suatu kegiatan atau proyek yang mengandung
perincian pengeluaran biaya untuk suatu periode tertentu.
Persoalan penting dalam
penganggaran yaitu bagaimana pemanfaatan sumber – sumber secara efisien. Itulah
sebabnya penganggaran memerlukan proses yang bertahap. Tahap – tahap yang perlu
dilakukan sebagai berikut:
a) Mengindentifikasi
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode anggaran
b) Mengidentifikasi
sumber – sumber yang dinyatakan dalam uang, mesin, dan material
c) Sumber
– sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya merupakan
pernyataan finansial.
d) Memformulasikan
anggaran menurut format yang telah disepakati
e) Usaha
memperoleh persetujuan dari yang berwenang (pengambilan keputusan) dalam tahap
ini dilakukan kompromi melalui rapat – rapat untuk mempertimbangkan secara
objektif dan subjektif[51].
PENUTUP
KESIMPULAN
Ø Perencanaan
adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan
jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan
seefektif mungkin
Ø Jenis-jenis
Perencanaan Pendidikan
1. Menurut
besarannya (Magnitude)
a) Perencanaan
Makro
b) Perencanaan
Meso
c) Perencanaan
Mikro
2. Menurut
tingkatannya
a) Perencanaan
strategik (Renstra)
b) Perencanaan
koordinatif (managerial)
c) Perencanaan
operasional
3. Menurut
jangka waktunya
a) Perencanaan
jangka pendek
b) Perencanaan
jangka menengah
c) Perencanaan
jangka panjang
Ø Model
– model perencanaan Pendidikan
1. Model
perencanaan komperhensif
2. Model
target setting
3. Model
PPBS
G. Metode
– metode Perencanaan
1. Metode
mean-ways-end analysis (analisis mengenai alat – cara – tujuan)
2. Metode
input – output analysis (analisis masukan dan keluaran)
3. Metode
econometric analysis (analisis ekonometrik)
4. Metode
cause – effect diagram (diagram sebab – akibat)
5. Metode
Delphi
6. Metode
heuristik
7. Metode
analysis siklus kehidupan (life – cycle analisis)
8. Metode
value added analysis (analisis nilai tambah)
Ø Teknik
– teknik Perencanaan
1. Diagram
Balok (Bar Chart)
2. Diagram
Milstone
3. PERT
dan CPM (Network Planning)
Ø Tahap
– tahap yang perlu dilakukan dalam menyusun anggaran adalah sebagai berikut:
1. Mengindentifikasi
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam periode anggaran
2. Mengidentifikasi
sumber – sumber yang dinyatakan dalam uang, mesin, dan material
3. Sumber
– sumber dinyatakan dalam bentuk uang, sebab anggaran pada dasarnya merupakan
pernyataan finansial.
4. Memformulasikan
anggaran menurut format yang telah disepakati
5. Usaha
memperoleh persetujuan dari yang berwenang (pengambilan keputusan) dalam tahap
ini dilakukan kompromi melalui rapat – rapat untuk mempertimbangkan secara
objektif dan subjektif
DAFTAR PUSTAKA
Fattah
Nanang,. 2001, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: PT Rosdakarya,2009
http:
//As3 NgeBlogs » PENGERTIAN PERENCANAAN.htm
Sondang
P. Siagian, dasar dasar manajemen
ORGANISASI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latara
Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak dapat terhindar dari kegiatan berkumpul dengan
orang lain untuk memenuhi tujuan yang ada dalam diri kita maupun pada orang
lain, kegiatan untuk mencapai tujuan bersama tersebut dapat dikatakan sebagai
sebuah organisasi. Kegiatan untuk mencapai tujuan bersama itu kita lakukan baik
di lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Dalam seuah
organisasi mempunyai sebuah manajemen yuntuk mencapai tujuan yang akan
dikehendaki, di dalam lingkungan sebenarnya juga ada tapi kita tidak
menyadrinya misalnya seorang ayah menjadi kepala keluarga dan ibu bertugas
sebagai pengatur urusan rumah, menajemen dalm eluarga seperti ini merupakan
manajemn yang tidak tersruktur, sedangkan misalnya pada organisasi seperti
sekolah, perusahaan mempunyai sebuah menanjemen yang telah tersruktur untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian
merupakan proses menciptakan hubungan- hubungan antara fungsi- fungsi,
personalia, dan faktor fisik, agar supaya yang harus dilaksanakan disatukan dan
diarahkan pada pencapaiantujuan bersama.[52]
Setelah terbentuknya organisasi yang telah disepkai tujuan yang dirumuskan
dalam Visi misi organisai, maka akan dilakukan departementasi yaitu
spesialisasi dari segi organisasi sebagai keseluruhan perlu ditelaah pembagian
kerja, yaitu spelsialisai dari segi anggota organisasi serta tugasnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas mak timbul
beberapa masalah tentrang organisasi yang akan dibahas dalammakalah ini
diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi?
2. Bagaimana proses dalam pengorganisasian?
3. Apa yang dimaksud dengan struktur organisasi?
4. Bagaimana dengan job description dalam
sebuah organisasi?
1.3
tujuan
1. Mahasiswa memahami tentang organisasi.
2. Mahasiswa mengerti proses dalam organisasi.
3. Mahasiswa mengerti dengan struktur organisasi.
4. Mahasiswa mengerti dan paham tentang job
description dalam organisai.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1
Pengertian
Organisasi
kata
organisasi berasal dari bahasa inggris organitation, kata tersebut
berasal dari bahasa inggris to organos yang juga yang berasal dari bahasa yunani organen
yang berarti sebagian atau susunan.[53]
Kata to orannise artinya menyusun atau mengatur bagian- bagian yang berhubungan
satu sama lain, yang tiap tiap bagian memepunyai fungsi tersendiri sesui dengan
kapasitasnya. Kata organisasi juga berasal dari yunani yaitu organon yang berarti alat, bagian,
anggota,atau badan, bagian- bagian itu mempunyai tugas yang berbeda- beda
tetapi saling berhubungan, menunjang dan diarahkan pada tujuan yang sama.
Organisasi
adalah struktur antar hubungan pribadi yang berdasar atas dasar wewenang formal
kebiasaaan dan suatu sistemadministrasi. John R Scherhan mendefisinikan
organisai sebagai gabungan orang- orang yang bekerja sama dalam suaatu
pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan menurut Prof. Dr.
Veithzal Rivai, organisasi adalah wadah yang dapt memungkinkan masyarakat dapat
meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara individu
secara sensiri- sendiri[54].
Dari
pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah beberapa orang
masyarakat yang tegabung dalam suatu wadah yang terencana untuk mencapai tujuan
bersama yang telah ditetapkan dan adanya sebuah pembagian tugas. Sebagai contoh
suatu lembaga pendidikan adalah organisasi yang didalamnya terhimpun bagian-
bagian dan subbagian yang saling berhubungan, setiap unit kerja yang terdapat dalam lembaga pendidikan harus
bekerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya kepala sekolah
berhubungan dengan guru, bagian kepegawaian berhubungan dengan berhubungan
dengan kenaikan pangkat dan jabatan para pekerja[55].
Dalam
proses pengorganisasian menghasilkan organisasi formal yaitu lembaga atau
kelompok fungsional yang menjadi wadah kegiatan anggota organisasi, di lain pihak
mungkin timbul orgnisasi tidak formal (informal) yaitu yang menjadi hubungan
wadah hubungan antara anggota tertentu organisasi formal.
Dalam
sebuah organisasi mempunyai tiga komponrn utama yang membangun organisasi yaitu
pertama komponen personalia[56]
atau manusia, karena manusia adalah pendukung utama setiap organisasi apapun
bentuk dari organisasi tersebut. Kedua, yaitu komponrn sarana prasarana, dan
yang terakhir kerja sama atau hubungan antar komponen diatas.
2.2 Proses Pengorganisasian
2.3 Struktur Organisasi
Dapat
dikatakan bahwa organisasi adalah sebagai pemberian struktur/ susunan, terutama
dalam penempatan personel, yang dihubungkan dengan garis kekuasaan dan tanggung
jawabnya di didalam keseluruhan organisasi.Susunan dan garis- garis kekuasaan
serta tanggung jawab itu menentukan bentuk dan sifat organisasi itu secara
keseluruhan.[57]Struktur
organisasi adalah pola formal bagaimana orang dan pekerja dikelompokkan dalam
suatu organisasi yang bisa digambarkan dengan bagan organisai.[58]
Struktur
organisasi dalam bidang pendidikan
ditiap negara berbeda beda. Hal ini tergantung pada struktur organisasi
dan administrasi pemerintahan negara maing- masing. Strukur organisasi
pendidikan yang pokok ada dua macam: sentralisasi dan desentralisasi. Diantara
kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran, yakni yang lebih
cenderung ke arah sentralisasi mutlak, dan yang lebih mendekati desentralisasi
tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya,
struktur campuran inilah yang berlaku di kebanyakan negara dalam
menyelenggarakan pendidikan bagi bangsanya.
2.
Struktur
Sentralisasi
Di
negara-negara yang organisasi pendidikannya di jalankan secara sentral, yakni
yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat
pemerintahan maka pemerintah daerah kurang sekali atau sama sekali tidak
mengambil bagian dalam administrasi apapun.
Segala
sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari menentukan kebijakan
(poliey) dan perencanaan, penentuan struktur dan syarat-syarat personel, urusan
kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan
kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan
sebagainya. Semuanya ditentukan dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan
bawahan dan sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan
tradisional semata-mata.
Sesuai
dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan
guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur
pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan
instruksi-instruksi dari pusat yang diterimanya melalui hierarchi atasannya.
Dalam sistem sentralisasi semacam ini,
ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan adanya uniformitas
(keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu.
Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di
sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis.
Adapun keburukan/keberatan yang prinsipal ialah :
Adapun keburukan/keberatan yang prinsipal ialah :
a. Bahwa administrasi yang demikian cenderung
kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis. Menyebabkan para pelaksana
pendidikan, baik para pengawas maupun kepala sekolah serta guru-guru menjadi
orang-orang yang pasif dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka.
b. Organisasi dan administrasi berjalan sangat
kaku dan seret, disebabkan oleh garis-garis komunikasi antara sekolah dan pusat
sangat panjang dan berbelit-belit, sehingga kelancaran penyelesaian
persoalan-persoalan kurang dapat terjamin.
c. Karena terlalu banyak kekuasaan dan
pengawasan sentral, timbul penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan
mengakibatkan uniformalitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan, yang
biasanya hanya mampu untuk sekedar hanya membawa hasil-hasil pendidikan yang
sedang atau sedikit saja.
2. Struktur
Desentralisasi
Di
negara-negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan bukan
urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan
rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada
sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah.
Kemudian
pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya kepada daerah yang lebih
kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik, kecamatan dan seterusnya
dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai dengan kemampuan,
kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-msing. Tiap daerah atau wilayah diberi
otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan anggaran biaya,
rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru pegawai
sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta
pemeliharaan gedung sekolah.
Dengan
struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi seperti
ini, kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapi
seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung
terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab
langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan sosial-control yang langsung
dari pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini disebabkab karena kepala
sekolah dan guru-guru adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik
yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.
Tentu
saja, sistem desentralisasi yang ekstrim seperti ini ada kebaikan dan
keburukannya. Beberapa kebaikan yang mungkin terjadi ialah :
a. Pendidkan dan pengajaran dapat disesuaikan
dengan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
b. Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara
daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk
menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang baik.
c. Kepala sekolah, guru-guru, dan
petugas-petugas pendidikan yang lain akan bekerja dengan baik dan
bersungguh-sungguh karena dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah da
masyarakat setempat.
Adapun
keburukannya adalah sebagai berikut :
a. Karena otonomi yang sangat luas,
kemungkinan program pendidikan diseluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini akan
menimbulkan perpecahan bangsa
b. Hasil pendidikan dan pengajaran tiap-tiap
daerah atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat maupun jenisnya,
sehngga menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan atau
kecakapannya dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih luas.
c. Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas
pendidikan lainnya cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang
materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada
karyawan-karyawan yang bukan guru.
d. Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan
yang diserahkan kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat memberatkan
beban mayarakat setempat.[59]
2.4 Job
Description
Job description atau pembagian tugas merupakan
pemecahan tugas sedemikian rupa sehingga orang perseorangan di dalam organisasi
bertanggung jawab pada dan melaksanakan kegiatan tertentu saja.Pembagian kerja
merupakan spesialisasi orang dan pekerjaannya. Pelopor pembagian kerja Adam
Smith, mengemukakan bahwa pembagian kerja menjadikan orang cakap dan terampil
dalam satu tugas, dapat mempelajari tugasnya itu dalam waktu singkat, dan akan
secara efesien dan efektif melaksankannya. Dengan pembagian kerja orang akan
menghasilkan lebih banyak sehingga kepuasan kerja tercapai. Dengan demikian
orang akan dapat memperoleh kesempatan untuk maju dan untuk kepentingan
organisasi proses ini berkembang terus; organisasi menjalankan pembagian kerja
bagi anggotanya sedang anggotanya menyumbang sesuai dengan kemampuannya demi
kemajuan organisasinya.[60]
Wewenang dan tanggung jawab organisasi sekolah
Setelah
mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka sebaiknya kita juga harus tahu
apa saja wewenang dan tanggung jawab sekolah. Sebelum itu kita lihat pengertian
dari wewenang dan tanggung jawab itu sendiri.
Wewenang
( Authority ) merupakan syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada
kegiatan-kegiatan. Wewenang yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama
yang baik dengan bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan
ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk
menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat
diartikan sebagai hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.
T. Hani Handoko membagi wewenang dalam dua sumber, yaitu teori
formal ( pandangan klasik ) dan teori penerimaan. Wewenang formal merupakan
wewenang pemberian atau pelimpahan dari orang lain. Wewenang ini berasal dari
tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan secara hukum diturunkan dari tingkat
ke tingkat. Berdasarkan teori penerimaan ( acceptance theory of authority )
wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh kelompok atau individu kepada
siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima (
reciver ).
Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima
komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi :
1. Memahami
komunikasi tersebut
2. Tidak
menyimpang dari tujuan organisasi
3. Mampu
secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Agar
wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka
diperlukan adanya:
1. Kekuasaan (
power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi
individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua
yaitu :
a. Kekuasaan
posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan
pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada
pimpinan.
Macam-macam
kekuasaan:
1. Kekuasaan
balas jasa ( reward power ) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan
sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
2. Kekuasaan
paksaan ( Coercive power ) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa
hukuman ( dipecat, ditegur, dan sebagainya ) akan diterima bila tidak melakukan
perintah,
3. Kekuasaan sah
( legitimate power ) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang
tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
4. Kekuasaan
pengendalian informasi ( control of information power ) berasal dari
pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian
atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
5. Kekuasaan
panutan ( referent power ) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan
dan menjadikannya sebagai panutan.
6. Kekuasaan ahli
( expert power ) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam
bidangnya.
Tanggung
jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (responsibility) yaitu kewajiban untuk
melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari
atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan
tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan
bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang
akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan
yang akan diambil. Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang
dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan
orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan
dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi
yang lebih baik.
Setelah
melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab di atas, dapat disimpulkan bahwa
wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah hak dari organisasi sekolah untuk
memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu di sertai pertanggung jawaban
dari organisasi sekolah dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.[61]
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
organisasi adalah beberapa orang masyarakat
yang tegabung dalam suatu wadah yang terencana untuk mencapai tujuan bersama
yang telah ditetapkan dan adanya sebuah pembagian tugas. Proses
pengorganisasian menghasilkan organisasi formal yaitu lembaga atau kelompok fungsional
yang menjadi wadah kegiatan anggota organisasi, di lain pihak mungkin timbul
orgnisasi tidak formal (informal) yaitu yang menjadi hubungan wadah hubungan
antara anggota tertentu organisasi formal.
Struktur organisasi adalah pola formal
bagaimana orang dan pekerja dikelompokkan dalam suatu organisasi yang bisa
digambarkan dengan bagan organisai.Struktur organisasi dapat dikategorikan
menjadi dua yaitu Stuktur Sentralisasi dan struktur desentralisasi.
Job description atau pembagian tugas merupakan
pemecahan tugas sedemikian rupa sehingga orang perseorangan di dalam organisasi
bertanggung jawab pada dan melaksanakan kegiatan tertentu saja.Pembagian kerja
merupakan spesialisasi orang dan pekerjaannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Akdon. 2009, Manajemen
Pendidikan, Bandung: CV Pustaka Setia
Purwanto, Ngalim. 2006. Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Bandung: PT remaja Roda karya.
Reksohadiprodjo,
Sukanto. 1999. Dasar- Dasar manajemen, Edisi ke- 5. BPFE: Yogyakarta.
Rivai, eithzal. 2008. Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi edisi ke dua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
PENGAWASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Proses pengawasan merupakan cara
terakhir yang ditempuh dalam kegiatan manajerial setelah
perencanaan,pengorganisasian dan penggerakan.Pengawasan dalam pendidikan
merupakan penilaian sekaligus koreksi terhadap pelaksanaan program kerja
lembaga pendidikan apakah sudah terlaksana dengan baik sesuai prosedur dan rencana yang telah ditetapkan.Pengawasan
dalam organisasi pendidikan diarahkan pada pelaksanaan program sekolah secara
keseluruhan yang muaranya adalah kepada perbaikan mutu perbaikan disekolah
tertentu.
Pengawasan ini dilakukan karena
seringkali ditemukan penyimpangan-penyimpangan,kolusi dan korupsi yang dapat
merugikan organisasi.Pengawasan menjadi strategis apabila setiap orang dalam
organisasi menyadari pentingnya pengawasan agar tidak terjadi
penyimpangan,penyimpangan-penyimpangan dapat dihindari bila mental para manajer
dan supervisor benar-benar telah mantap melalui pembinaan mental religius
sebagaimana dianjurkan Allah dalam ajaran akhlak Islam.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian
pengawasan ?
2.
Apa saja
prinsip-prinsip pengawasan ?
3.
Apa saja
tipe-tipe pengawasan ?
4.
Bagaimana
proses perencanaan pengawasan ?
5.
Bagaimana
karakteristik pengawasan ?
6.
Bagaimana
pelaksanaan pengawasan ?
C.
TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Mengetahui
pengertian pengawasan
2.
Mengetahui
prinsip-prinsip pengawasan
3.
Mengetahui
tipe-tipe pengawasan
4.
Mengetahui karakteristik pengawasan
5.
Mengetahui
pelaksanaan pengawasAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pengawasan
Pengawasan menurut Murdick ialah merupakan proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan
bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi yang meliputi menetapakan
standar pelaksanaan,pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar serta menentukan kesenjangan
(deviasi) antara pengawasan dengan standar dan rencana.[62]
Control atau pengawasan dalam administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat
efektifitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan
alat-alat tertentu dalam usaha mencapai tujuan.[63]
Mengamati tingkat efektifitas maksudnya menilai tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan,apakah menghasilkan sesuatu seperti
direncanakan atau sekurang-kurangnya apakah kegiatan itu telah berjalan diatas
rel yang sebenarnya dan tidak menyimpang dari perencanaan atau tujuan yang
telah ditetapakan.
Mengamati tingkat efisiensi kerja maksudnya adalah menilai
tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan itu apakah
merupakan cara yang terbaik atau paling tepat untuk mencapai hasil yang
sebesar-besarnya dengan resiko yang sekecil-kecilnya.Dengan kata lain apakah
cara kerja tertentu yang sudah dipergunakan mampu memberikan hasil yang
maksimal.Menurut siagian (1985) pengawasan (controling) merupakan proses
pengamatan atau pemantauan terhadap pelaksanaan kegiatan organisasi untuk
menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.[64]
Harbangan Siagian mengatakan pengawasan adalah kegiatan mendeteksi
kesalahan bawahan dalam melaksanakan perintah serta peraturan-peraturan dari
atas yang sifatnya otoriter.Kesalahan dalam melaksankanya dipakai sebagai hal
yang harus mendapatkan hukuman atau ganjaran.[65]
Sedangkan menurut Soetjipto,pengawasan mempunyai pengertian suatu kegiatan yang
bukan hanya mencari kesalahan obyek pengawsan,tetapi mencari hal-hal yang sudah
baik,untuk dikembangkan lebih lanjut.[66]
Pengawas bertugas melakukan pengawasan,dengan memperhatikan komponen system
sekolah dan peristiwa yang terjadi di sekolah.Hal-hal yang kurang baik dicatat
dan disampaikan kepada kepala sekolah atau guru,untuk mendapatkan perhatian dan
penyempurnaannya,sedang untuk hal-hala yang sudah baik perlu dipertahankan atau
ditingkatkan lebih lanjut.Dari beberapa pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengawasan ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh
kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan
dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
B.
Prinsip-prinsip
Pengawasan
Agar pengawasan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,perlu
diperhatikan prinsip-prinsip berikut ini :
1.
Ilmiah,yang
mencakup unsur-unsur:
a.
Sitematika
artinya dilaksanakan secara teratur,berencana dan kontinyu
b.
Obyektif
artinya data yang didapat pada observasi yang nyata bukan tafsiran pribadi
c.
Menggunakan
alat (instrumen) yang dapat member informasi sebagai umpan balik untuk
mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2.
Demokratis,yaitu
menjunjung tinggi asas musyawarah,memilki jiwa kekeluargaan yang kuat serta
sanggup menerima pendapat orang lain.
3.
Kooperatif,
seluruh staf dapat bekerja sam,mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan
situasi belajar mengajar yang lebih baik.
4.
Konsruktif dan
kreatif yaitu menbina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan
suasana dimana setiap orang merasa aman dan dapat menggunakan
potensi-potensinya.[67]
5.
Praktis,yaitu
dapat dikerjakan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
6.
Fungsional,yaitu
dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan manajemen pendidikan
dan peningkatan proses belajar mengajar.
7.
Relevansi,yaitu
pelaksanaanya sesuai dan penunjang pelaksanaan yang berlaku.[68]
C.
Tipe-tipe
Pengawasan
1.
Kontrol
produksi ialah tugas mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan pembuatan barang
sesuai dengan rencana-rencana pembuatan barang sedemikian rupa sehingga jadwal
yang telah benar-benar diketahui dapat dicapai dengan kehematan dan efisiensi
yang maksimum.
2.
Kontrol
kualitas yaitu menjamin bahwa tanda-tanda atau sifat-sifat produk sesuai dengan
standar yang telah dijelaskan atau diperinci sebelumnya dan hubungan mereka
satu dengan yang lain dipelihara.
3.
Kontrol
Inventaris yaitu suatu kontrol terhadap barang-barang yang diperguanakan dalam
pembuatan produk industry sebagai suatu kebulatan berjumlah 50 dan 55% dari
pada biaya total untuk membuat produk-produk tersebut.
4.
Kontrol biaya
yaitu suatu kontrol atau penghitungan biaya adalah proses pemastian an
penafsiran biaya pembuatan suatu produk,penyajian jasa atau penyelenggaraan
setiap fungsi atau pekerjaan dan suatu perusahaan.[69]
D.
Proses
Perencanaan Pengawasan
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan.Agar pengawasan dapat
berfungsi secara efektif dan efisien,maka perlu diperhatikan proses perencanaan
berikut ini:
1.
Pengawasan
harus dikaitkan dengan tujuan,dan kriteria yang dipergunakan dalam system
pendidikan,yaitu relevansi,efektifitas,efisiensi dan produktifitas.
2.
Sulit,tetapi
standar yang masih dapat dicapai harus dituntukan.Ada dua tujuan pokok,yaitu
(1) untuk memotivasi dan (2) untuk dijadikan patokan guna membandingkan dengan
prestas.Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat memotovasi seluruh
anggota untuk dapat mencapai prestasi yang tinggi.
3.
Pengawasan
hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi.Disini perlu
diperhatikan pola dan tata organisasi,seperti susunan,peraturan,kewenangan dan
tugas-tugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job description).
4.
Banyaknya
pengawasan harus dibatasi.Artinya jika pengawasan terhadapa karyawan terlalu
sering,ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi
pengawasan itu sebagai pengekangan.
5.
Sistem
pengawasan harus dikemudi(stering controls) tanpa mengorbankan otonomi dan
kehormatan manajerial tetapi fleksibel, artinya system pengawasan menunjukkan
kapan dan dimana tindakan korektif diambil.
6.
Pengawasan
hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan,artinya tidak hanya mengungkap
penyimpangan dari standar,tetapi penyediaan alternative perbaikan menentukan
tindakan perbaikan.
7.
Pengawasan
hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah,menemukan penyebab,membuat
rancangan penanggulan,melakukan perbaikan,mengecek hasil perbaikan,mencegah
timbulnya masalah yang serupa.[70]
E.
Karakteristik
Pengawasan.
1.
Pengawasan
harus bersifat fact finding dalam arti bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan
harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan dalam
organisasi.
2.
Pengawasan
harus bersifat prefentif yang berarti bahwa proses pengawasan itu dijalankan
untuk mencegah timbuknya penyimpangan-penyimpangan dan
penyelewengan-penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan.
3.
Pengawasan
diarahkan pada masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya dapat
ditujukan terhadap kegiatan-kegiatan yang kini sedang dilaksanakan.
4.
Pengawasan
hanyalah alat sekedar untuk meningkatkan efisiensi.Pengawasan tidak boleh
dipandang sebagai tujuan.
5.
Karena
pengawasan hanya sekedar alat administrasi dan manajemen maka pelaksanaan
pengawasan itu harus mempermudah tercapainya tujuan.
6.
Proses
pelaksanaan pengawasan harus efisien.Jangan sampai terjadi pengawasan malahan
menghambat usaha peningkatan efisien.
7.
Pengawasan
tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada ketidak
beresan,tetapi menemukan apa yang tidak betul.
8.
Pengawasan
harus bersifat membimbing agar para pelaksana meningkatkan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas yang ditentukan baginya.[71]
F.
Pelaksanaan
pengawasan.
Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu:
1.
Pengawasan
langsung (direct control)
Pengawasan langsung ialah apabila pimpinan organisasi melakukan sendiri pengawasan
terhadap kegiatan yang sedang dikerjakan oleh bawahannya,pengawasan langsung
ini dapat dibentuk:
a.
Inspeksi
langsung
b.
On-the-spot
observation,dan
c.
On-the-spot
report
2.
Pengawasan
tidak langsung (indirect control)
Pengawasan tidak langsung ialah pengawasan dari jarak
jauh.Pengawasan ini dapat dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para
bawashan.Laporan ini berbentuk:
a.
Tulisan
b.
Lisan.[72]
Pengawasan tidak akan berjalan
dengan baik apabila hanya bergantung pada laporan saja,karena itu pengawasan
tidak langsung saja tidak cukup,adalah bijaksana apabila pimpinan organisasi
menggabungkan teknik pengawasan langsung
dan tidak langsung dalam melakukan fungsi pengawasan.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Pengawasan
ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin
agar semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
2.
Prinsip-prinsip
pengawasam antara lain:
1)
Ilimiah,mencakup
unsur-unsur
a.
Sistematika
b.
Obyektif
c.
Menggunakan
alat(instrumen)yang dapat member informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan
penilaian terhadap proses belajar mengajar.
2)
Demokratis,yaitu
menjunjung tinggi asas musyawarah
3)
Kooperatif
kerjasama
4)
Konstruktif dan
kreatif
5)
Fungsional
6)
Relevansi
3.
Tipe-tipe
pengawasan
1)
Kontrol
produksi,pembuatan barang sesuai dengan rencana.
2)
Kontrol
kualitas,sifat-sifat produk sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
3)
Kontrol
investaris,pemeliharaan jumlah optimum bahan-bahan mentah dan barang-barang
jadi.
4)
Kontrol
biaya,proses pemastian atau penafsiran biaya pembuatan suatu produk.
4.
Proses
perencanaan pengawasan
1)
Pengawasan
harus dikaitkan dengan tujuan,dan kriteria yang digunakan dalam system
pendidikan.
2)
Sulit,tetapi
standar yang masih dapat dicapai haarus ditentukan.
3)
Pengawasan
hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi.
4)
Banyaknya
pengawasan harus dibatasi.
5)
System
pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan otonomi dan
kehormatan manajerial tetapi fleksibel.
6)
Pengawasan
hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan.
7)
Pengawasan
hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah.
5.
Karakteristik
pengawasan
1)
Pengawasan
harus bersifat fact finding (menemukan fakta-fakta)
2)
Pengawasan
harus bersifat preventif
3)
Pengawasan
diarahkan pada masa sekarang atau ditujukan pada kegiatan yang kini sedang
dilaksanakan.
4)
Pengawasan
hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi.
5)
Pengawasan
hanya sekedar alat administrasi dan manajemen,maka pelaksanaan pengawasan harus
mempermudah mencapai tujuan.
6)
Proses
pelaksanaan pengawasan harus efisien.
7)
Pengawasan
tidak dimaksuakan untuk menentukan siapa yang salah jika ada
ketidakberesan,tetapi menemukan apa yang tidak betul.
8)
Pengawasan
harus bersifat membimbing agar para pelaksana meningkatkan kemampuannya untuk
melakukan tugas yang ditentukan baginya.
6.
Pelaksanaan
pemgawasan
1)
Pengawasan
langsung dalam bentuk:
a.
Inspeksi
langsung
b.
On-the-spot
observation
c.
On-the-spot
report
2)
Pengawasan
tidak langsung dalam bentuk laporan:
a.
Tertulis,dan
b.
Lisan
DAFTAR PUSTAKA
Fattah,Nanang.2009.Landasan Manajemen Pendidikan.Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya.
Nawawi,Hadari.1988.Administrasi Pendidikan.Jakarta:CV.Haji
Masagung.
Siagian,Harbangan.1989.Administrasi Pendidikan Suatu Pendekatan
Sistemik.Semarang:Satya Wacana.
Soetjipto,Hendiyat.1988.Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan.Jakarta:PT.Bina Aksara.
Burhanuddin,Yusak.1988.Administrasi Pendidikan.Bandung:CV.Pustaka
Setia
Siagian,Sondang.2003.Filsafat Administrasi.Jakarta;PT.Bumi
Aksara.
MANAJEMEN PERUBAHAN
A.
Latar Belakang
Zaman yang terus maju dan
berkembang menuntut adanya perubahan baik cakupannya kecil maupun luas sebagai
tuntutan perkembangan zaman tersebut. Upaya menjalankan perubahan tersebut
tentunya tidak akan terwujud secara baik tanpa adanya sebuah system pengaturan
atau system manajemen, yang dalam pokok kajian kali ini disebut dengan
manajemen perubahan.
Adanya suatu system manajemen
perubahan tidak akan bias terlepas dari seorang leadership (pemimpin) sebagai agent of change yang berjiwa manajer.
Dalam makalah singkat ini, akan coba di bahas mengenai masalah-masalah pokok
manajemen perubahan yang terumuskan dalam rumusan masalah berikut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang kami
kemukakan diatas, maka dapat dikaji beberapa masalah yang akan kami bahas dalam
penulisan ini diantaranya:
- Apa pengertian manajemen perubahan?
- Apa saja prinsip-prinsip manajemen perubahan?
- Bagaimana pelaksanaan manajemen perubahan?
- Apa saja tahap-tahap manajemen perubahan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Seperti yang telah
diketahui manajemen mempunyai arti proses yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan, penguasaan serta evaluasi yang dilakukan oleh
pihak organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan perubahan adalah
suatu proses yang menjadikan sesuatu yang berbeda dengan sebelumnya.
Berdasarkan atas
pengertian manajemen perubahan diatas, maka dapat disimulkan pengertian dari
manajemen perubahan itu sendiri.Manajemen perubahan dapat didefinisikan sebagai
upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena
terjadinya perubahan dalam suatu organisasi tertentu baik dari dalam atau luar
organisasi.
Manajemen perubahan
itu sendiri tidak akan terlepas dari adanya kepemimpinan transformasion dari
pimpinannya. Dalam usaha pengelolaan karena adanya perubahan tersebut bertujuan
agar organisasi tidak menjadi statis, melainkan tetap dinamis sesuai dengan
perkembangan zaman.
B. Prinsip-Prinsip
Manajemen Perubahan
Dalam penerapan
manajemen perubahan menurut AL Kinson terdapat 3 rinsip yang harus diperhatikan
yaitu 3C (Clarity, Communication, consistency).
1. Clarity (kejelasan)
Yang dimaksud
kejelasan disini adalah kejelasan tujuan akibat dari adanya perubahan itu,
tidak harus kejelasan proses karena proses terkadang harus berubah.
2. Communication
(komuikasi)
Komunikasi merupakan
komponen penting dalam manajemen perubahan, tanpa adanya prinsip ini
pelaksanaan dari manajemen perubahan itu sendiri akan berjalan buruk.
3. Consistency
(konsisten)
Sebuah organisasi
harus konsisten terhadap tujuan yang mereka capai agar tidak ada perasaan skeptic terhadap tujuan
awal. Seberat apapun situasi yang timbul dari adanya perubahan tersebut harus
dihadapi demi tujuan awal.
C. Pelaksanaan
Manajemen Perubahan
Dalam
pelaksanaannya, manajemen perubahan membutuhkan sosok pemimpin
transformasional. Kepemimpinan transformasional menurut Sudarwan Danim
diartikan kemampuan dari seorang pemimpin dalam bekerja dengan, dan, atau
melalui orang lain untuk menstranformasikan secara optimal sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan bermakna, sesuai target yang telah
ditetapkan.
Dengan demikian
seorang pemimpin organisasi disebut menerapkan kaidah kepemimpinan
transformasional, jika dia mampu mengubah energi sumber daya, baik manusia,
instrument, maupuan situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi suatu
organisasi.
D.
Tahap-Tahap
Manajemen Perubahan
Suatu
perubahan terjadi melalui tahap-tahapnya.
Pertama-tama adanya dorongan dari dalam (dorongan internal), kemudian
ada dorongan dari luar (dorongan eksternal).
Untuk manajemen perubahan perlu diketahui adanya tahapan perubahan. Tahap-tahap manajemen perubahan ada empat,
yaitu:
Tahap 1, yang merupakan tahap identifikasi
perubahan, diharapkan seseorangdapat mengenal perubahan apa yang akan
dilakukan /terjadi. Dalam tahap ini
seseorang atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi
tipe perubahan.
Tahap 2, adalah tahap perencanaan perubahan. Pada tahap ini harus dianalisis mengenai
diagnostik situasional tehnik, pemilihan strategi umum, dan
pemilihan. Dalam proses ini
perlu dipertimbangkan adanya factor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi
dengan baik.
Tahap 3, merupakan tahap implementasi perubahan dimana
terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Apabila suatu perubahan sedang terjadi
kemungkinan timbul masalah. Untuk itu perlu dilakukan monitoring perubahan.
Tahap 4, adalah tahap evaluasi dan umpan balik. Untuk melakukan evaluaasi diperlukan data,
oleh karena itu dalam tahap ini dilakukan pengumpulan datadan evaluasi
data tersebut. Hasil evaluasi
ini dapat di umpan balik kepada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan
yang diinginkan berikutnya.
Suatu
perubahan melibatkan perasaan, aksi, perilaku, sikap, nilai-nilai dari orang
yang terlibat dan tipe gaya manajemen yang dibutuhkan. Jika
perubahan melibatkan sebagian besar terhadap perilaku dan sikap mereka, maka
akan lebih sulit untuk merubahnya dan membutuhkan waktu yang lama. Jika
pimpinan manajemen perubahan mengetahui emosi normal yang dicapai, ini akan lebih
mudah untuk memahami dan menghandel emosi
secara benar.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Manajemen perubahan
merupakan upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan
karena terjadinya perubahan dalam suatu organisasi tertentu baik dari dalam
atau luar organisasi.
2. terdapat 3 rinsip
yang harus diperhatikan yaitu 3C
Clarity (kejelasan)
Communication
(komuikasi)
Consistency (konsisten)
- Tahap-tahap manajemen perubahan ada empat, yaitu:
-
Tahap 1, tahap identifikasi perubahan
-
Tahap 2, tahap perencanaan perubahan
-
Tahap 3, tahap implementasi
perubahan
-
Tahap 4, tahap evaluasi dan umpan balik
DAFTAR PUSTAKA
-
Tim dosen administrasi pendidikan UPL, 2010. Manajemen
pendidikan , alfabeta. Bandung. Cet. 3
-
Danim, sudarwan, menjadi komunitas pembelajaran (kepemimpinan
transformasional dalam komunitas organisasi pembelajaran) Jakarta, 2005 PT.
BUMI AKSARA
-
Hidayanto. Wordpress.com/2008/01/31/3c-dalam-manajeman-perubahan-tembolok-mirip
-
http:/makalah-ibnu.blogspot.com/2010/01/fungsi-dan-prinsip-manajemen-pendidikan.html.
PENENTUAN STAKEHOLDERS MADRASAH DAN ALAT-ALAT ANALISIS DALAM MANAJEMEN
MADRASAH
2.1
Pengertian Stakeholders Sekolah/Madrasah
Secara etimologis, stakeholders(inggris) berasal dari dua
kata: stake dan holder. Stake berarti tiang, tonggak sedangkan holder (jamak: holders)
berarti penyelenggara. jadi secara etimologis stakeholder berarti tiang penyelenggara, tonggak penyelenggara,
pemangku dsb. Dalam perusahaan, atau organisasi lainnya.
Secara terminologis, banyak para ahli
berpendapat mengenai istilah stakeholders
ini, antara lain:
v Freeman(1984), stakeholders merupakan kelompok/individu
yang mempengaruhi/dipengaruhi olehsuatu pencapaian tujuan tertentu
v Biset (198) stakeholders merupakan orang dengan
suatu kepentingan/perhatian suatu permasalahan.[73]
v Mudrajad kuncoro,
Ph.D(2005) mmendefinisikan stakeholders sebagai
individu/kelompok, baik dalam maupun diluar perusahaan yang mempunyai
kepentingan terhadap hidup matinya perusahaan sekaligus dapat mempengaruhi
kinerja organisasi. Singkatnya stakeholdersadalah
para pemegang kepentingan.[74]
v Michael A.Hitt,dkkstakeholders adalah individu atau
kelompok yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hasil strategis yang
dapat dicapai dan yang dimiliki klaim yang kuat pada kinerja perusahaan. Klaim
atas kinerja perusahaan ditekankan pada kemampuan seseorang dari pihak yang berkepentngan
yang berpartisipasi dalam kelangsungan hidup,daya saing dan profitabilitas
perusahaan.[75]
v Sondang P. Siagian, stakeholdersadalah pihak-pihak tertentu
yang berkepentingan yang telah mempertaruhkan sesuatu demi keberhasilan
perusahaan.[76]
v Clarkson(1994)
stakeholders yaitusuatu kelompok atau individu yang menanggung suatu jeenis
resiko baik karena mereka telah melakukan investasi (material mmaupun
manusia)di perusahaan tersebut (stakeholder sukarela) atau karena mereka
menghadapi resiko akibat kegiatan perusahaan tersebut. Singkatnya, stakeholder
adalah pihak yang akan dipenaruhi secara langsung oleh keputusan dan strategi
perusahaan.[77]
v Stakeholders adalah kelompok/ individu yang
dukungannya diperlukan demi kesejahteraan&kelangsungan hidup organisasi.[78]
Dari berbagai macam
pengertian diatas pemakalah menyimpulkan bahwa stakeholders adalah semua pihak baik individu atau kelompok yang
memiliki kepentingan yang mempengaruhi & dipengaruhi untuk mencapai tujuan
perusahaan/organisasi tersebut. Sedangkan bila dikaitkan dengan madrasah adalah
semua pihak baik individu/kelompok yang berkepentingan terhadap maju mundurnya,
kuat lemahnya, baik buruknya, dan hidup matinya sebuah madrasah. Atau bisa
dikatakan pelaku dan pelaksana pendidikan di madrasah.[79]
Dari pengertian diatas
yang termasuk stakeholders madrasah
adalah sebagai berikut:
Ø Kepala sekolah:
adalah orang yang memiliki jabatan tertinngi dalam sekolah/madrasah yang harus
memiliki kemampuan untuk dijadikan teladan(berakhlak mulia), mempunyai
keinginan kuat untuk mengembangkan diri, bersikap terbuka, menciptakan inovasi,
bekerja keras, motivasi kuat untuk sukses, pantang menyerah, dan selalu mencari
solusi serta memiliki kepekaan social terhadap kemajuan madrasahnya.[80]
Ø Guru: adalah orang
yangyang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan
seluruh potensi mereka(afektif, kognitif,psikomotoriknya).[81]
Ø Pegawai non guru
Ø Komite
sekolah/masyarakat
Ø pemerintah
2.2
Pemetaan StakeHolders Madrasah
Dalam setiap
perusahan maupun organisasi selalu ada pemetaan/pembagian/ pengklasifikasian
tentang stakeholders. Michael A. hitt[82] misalnya,
mengklsifikasikan stake holders
menjadi tiga kelompok :
Pihak yang berkepentingan dari pasar produk(capital market stakeholders) yaitu: pemegang saham, dan pemasok
modal utama bagi perusahaan.
Pihak yang berkeepentingan dari pasar produk(product market stakeholders) yaitu pelanggan utama perusahaan,
pemerintah, pemasok,dan serikat kerja.
Pihak yang berkepentingan organisasional(organizational stakeholders) yang terdiri dari para
pekerja,termasuk manajerial dan non manajerial.
Masing masing
kelompok ini pihak yang berkepentingan ini, mengharapkan mereka yang membuat
keputusan-keputusan strategis melakukan kepemimpinan sedemikian rupashingga
tujuan mereka dapat tercapai.[83]
Berbeda dengan
Michael, Clarkson membagi stakeholders
menjadi dua yaitu:
§ Stakeholderprimer yaitu: pihak dimana tanpa
partisipasinya yang berkelanjutan organisasi tidakdapat bertahan. Seperti,
pemegang saham,investor, pekeja pelanggan dan pemasok.
§ Stakeholder sekunder yaitu: pihak yang
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan, tapi tapi mereka tidak terlibat
dalam transaksi dengan perusahaan dan tidak begitu penting untuk kelangsungan
hidup perusahaan. Contoh media dan berbagai kelompok tertentu.[84]
Sebagaimana
pembagian stakeholders di perusahaan menurut para ahli diatas, dalam sebuah
madrasah pun ada pembagian semacam itu. Menurut Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A,
dkk, dalam buku manajemen pendidikan membagi stakeholders madrasah menjadi 3 kelompok yaitu:
ü Primer: siswa
ü Sekunder:orang tua,
pemerintah.
ü Tersier: madrasah
(kepala sekolah, guru, pegawai, komite sekolah)
Namun jika diamati
dengan seksama, stakeholders utama
madrasah adalah siswa, namun demikian siswa dating kesekolah ke sekolah/
madrasah karena adanya pembiayaan orang tua, sehingga kedua komponen tersebut
merupakan komponen yang paling harus diperhatikan oleh sekolah/ madrasah.
Dalam
mengidentifikasi Stakeholders potensial dapat dilakukan dengan mengajukan berbagai
pertanyaan . misalnya, orang tua dengan tingkat ekonomi bagaimana?,aliran
apa?tinggal dimana(jarak rumah stakeholders dengan madrasah)?,profesinya apa?
Menginginkan ananya memiliki kecakapan apa setelah lulus? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut bias dilakukan dengan metode survey. Dengan mmenanykan berbagai kebutuhan akan pendidikan
terhadap berbagai kelompok masyarakat. Contoh kelompok dengan tingkat ekonomi
tertentu membutuhkan produk pendidikan
yang bagaimana?berapa kekuatan dalam
menanggung biaya pendidikan?layanan
layanan apa yg dibutuhkan dan lulusan
bagaimana yang diharapkan oleh masing
masing kelompok masyarakat?[85].
Semua
pertanyaan diatas kemudian dipetakan dengan tema tersendiri,setelah itu
dilakukan analisis terhadap varibel variable tersebut dan dilakukan pengecekan
silang sebelu mdisimpulkan.misalnya, adakah kebutuhan dan harapan stakeholders
yang khas terhadap lulusan pendidikan untuk guru yang memilki gaji antara
2.000.000- 3.000.000 dan beraliran muhammadiyah.[86]
2.3
Menetapkan Stakeholders
Sekolah/Madrasah
Penetapan stakeholder potensial dari lembaga
pendidikan merupakan proses yang sangat penting dalam manajemen lembaga.
Kesalahan dalam menentukan nya akan brdampak pada kesalahan dalam proses
manajemen selanjutnya yang pada akirnya akan menimbulkan tidak terserapnya
produk dan layanan lembaga pendidikan di masyarakat.
Hasil pemetaan stakeholder
diatas, akan menghasilkan
berbagai harapan mereka. Yang dimungkinkan harapan antar satu kelompok brbeda
dengan yang lain. Itulah mengapa lembaga pendidikan harus memilih kelompok yang
akan dipenuhi kebutuhan dan harapannya. Proses
pemilihan tersebut dinamakan proses menetapkan stakeholders potensial.
Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan
memetakan hal-hal yang berkaitan dengan
sumberdaya yang ada dilembaga tersebut.
1. Sumber daya manusia
yang meliputi: tim manajemen(kep.sekolah,waka kurikulum, waka sarana prasarana,
waka kesiswaan, waka humas,dll), para dewan guru, administrasi dan tenaga
lain(administrasi, laboran, teknisi, dll) dengan menganalisis kompetensi mereka
(kualifikasi pendidikan dan pelatihan,penglaman kerja)
2. Sumber daya non
manusia, meliputi:anggaran, infrastruktur dan gedung
b. Menyesuaikan dengan
kondisi internal lembaga saat ini dan yang akan datang. Yaitu Menganalisis hasil pemetaan sumber daya
tersebut dengan membandingkan antara sumber daya yang ada di lembaga pendidikan
dan proyeksinya empat tahun kedepan dan kebutuhan ,harapanstakeholders. Semakin tinggi tingkat kesesuaiannya maka akan semakin
potensial pula stakeholders tersebut bagi lembaga pendidikan.Analisis
perbandingan tersebut sebaiknya dilakukan pertema dengan memilih tema-tema yang
potensial saja. Contoh, tema: tingkat ekonomi 1.000.000-2.000.000………. kebutuhan
dan harapan stakeholders:…………..kemampuan rata-rata menanggung biaya
pendidikan:…………. [87]
c.
Memberikan kualifikasi pencapaian dengan menggunakan skor “A”(mengindikasikan bahwa
sumber daya tersebut mestinya lembaga mampu memenuhi kebutuhan dan harapan stakeholder), ”B”(mengindikasikan dengan
sumber daya tersebut mestinya lembaga mampu memenuhi kebutuhan stakeholders
saja), dan ”C”(mengindikasikan lembaga tidak akan mampu memenuhi kebutuhan stakeholders )
d. Menganalisis tema
dengan mendasarkan pada kualifikasi skor. Jika setelah dianalisis tetap
menghasilkan skor “A” maka itulah yang
akan menjadi stakeholders potensial
lembaga tersebut, dengan demikian, dimungkinkan bahwa stakeholder potensialnya bias terdiri dari beberapa profesi,tingkat
ekonomi, dan beberapa segmen yang bmendasar kan pada jarak rumah ke sekolah/
madrasah.[88]
Dalam menganalisis
tersebut menggunakan prinsip:
Jujur,menggambarkan dengan jujur
perkembangan sumber dayanya selama 5 tahun kedepan dan secara jujur menyatakan
mampu atau tidak mampu.
Mandiri, dilakukan dengan inisiatif
sendiri dan harus dilakukan secara priodik.
Keterbukaan, dilakukan oleh tim dan dibahas dalam forum
sekolah/madrasah secara terbuka.
Selain itu juga
harus memperhatikan latar belakang dan hal-hal yang mendasar dalam pendirian
lembaga tersebut.[89]
2.4.
Alat Alat Analisis Dalam Manajemen
Diantara alat-alat analisis yang penting dalam
menghasilkan informasi untuk proses pengambilan keputusan adlah sebagai
berikut:.
A.
Benchmarking
Benchmarking
merupakan satu teknik analisis yang secara luas digunakan untuk mencari suatu
proses terbaik dalam menghasilkan suatu layanan/produk yang sesuai dengan
kebutuhan dan harapan stakeholder
dengan cara melihat produk/layanan lain. Misalnya sebuah sekolah/madrasah
(sekolah/madrasah A) menginginkan untuk dapat meningkatkan pelaksanaan
pendidikan yang ada di sekolahnya. Sekolah/madrasah tersebut kemudian
mengidentifikasi sekolah/madrasah lain (sekolah/madrasah B) yang memiliki
pelaksanaan pendidikan yang dianggap baik.
Pelaksanaan benchmarking
dilakukan melalui tahap tahap berikut:
§ Tahap 1: Tinjauan
ulang.
§ Tahap 2: Analisis
dari data yang sudah terkumpul
§ Tahap3: Perencanaan.
§ Tahap 4:
Implementasi.
B.
Brain Storming
Teknik brain
storming digunakan untuk menyimpulkan sejumlah pendapat dalam satu tim pada
kerangka pikir yang sama.Brain storming merupakan teknik yang sangat membantu
dalam mencari solusi terhadap suatu masalah yang membutuhkan kreativitas tinggi
dalam penyelesaiannya.
Brain storming akan
sangat baik jika dilakukan pada kelompok denagn 5 sampai 10 anggota. Proses
pelaksanaan brain storming perlu
difasilitasi, namun dalam pelaksanaannya tidak diperlukan pemimpin,sehingga
semua orang yang duduk dalam pelaksanaan brain
storming dalam posisi yang sama.Pelaksanaan brain storming dapat
dilaksanakan antara 10-20 menit.
Aturan yang penting untuk diterapkan pada
acara brain storming ini adalah:
Tidak ada kritik atau pembenaran suatu ide dari anggota kelompok.
Tidak ada evaluasi.
Tidak ada diskusi.
Tidak ada pengambilan keputusan.
Semua ide adalah valid.
Setiap orang menggali ide yang berbeda.
C. Diagram Tulang Ikan/Ishikiwa.
Diagram tulang ikan sangat sesuai untuk
digunakan menganalisis penyebab dan dampak suatu kejadian. Diagram ini sering
mendiagnosis masalah dan mengembangkan aktivitas tim. Proses ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi penyebab masalah dengan mendasarkan pada struktur dari
gambar hubungan antara satu dengan yang lain, dan untuk menganalisis proses
mendasarkan pada tinjauan berbagai factor yang menimbulkan masalah. Aplikasi
teknik ini secara sistematis dapat digunakan untuk; (1) identifikasi semua
penyebab masalah.(2)memilah milah atau mengategorikan.(3)analisis berbagai
hubungan dari penyebab yang signifikan.(4)menyediakan data untuk dilakukan
analisis dengan teknik yang berbeda.
D.
Five”Hows” ,Five “Whys”
Dua teknik ini adalah sama, namun
digunakan untuk keperluan berbeda. Teknik five”Hows” digunakan untuk mencari
solusi dari suatu masalah, sedangkan Five”Whys”digunakan untuk mengethui
penyebab suatu masalah.
E.
Forcefield Analysis.
Digunakan dalam membantu memahami masalah
masalah dalam pncapaian sasaran perubahan melalui pemanfaatan factor pendorong
dan factor penghambat pada situasi yang ada.Dengan dipahaminya situasi yang ada, maka kekuatan
yang dimiliki bisa dikembangkan dan kelemahan yang ada bisa direduksi.
F.
Measurement Chart.
Metode ini dapat memberikan grafik yang
mewakili tren dari suatu keadaan.Dapat juga memberikan gambaran terhadap
praktik yang tidak sesuai (non-conformance), pandangan umum tentang sesuatu,
dan mengukur perubahan pada kurun waktu tertentu.Tahap iani diawali dengan
mengidentifikasi berbagai hal dalam lingkup tertentu dengan menggunakan
angket.Hasil jawaban angket digunakan untuk menggambar grafik.
G.
Analisis Pareto
Teknik ini digunakan untuk menentukan
elemen elemen vital dalam suatu masalah. Pendekatan ini ditentukan oleh ekonom
italia pareto yang terkenal dengan pendekatan 80/20 hipotesis, yaitu pendekatan
yang menjelaskan bahwa 80% masalah disebabkan oleh 20% proses. Analisis pareto
ini digunakan untuk mengidentifikasi penyabab utama dari suatu masalah.
H.
Problem Solving Techniques.
Metode pendekatan problem solving
meningkatkan kemungkinan penyelesaian masalah dengan lebih tepat. Pendekatan
diagnosis memungkinkan untuk mendapatkan hasil penyelesaian yang lebih baik,
hal ini penting dibandingkan dengan menggunakan intuisi, sehingga menghasilkan
penyelesaian yang memiliki kategori sebagai berikut.
Ø Hasil penyelesaian
termasuk mampu mengatasi beberapa hal, seperti penyelesaian dari gejala, bukan
masalah.
Ø Penyelesaian masalah
tetapi dengan biaya tinggi.
Ø Penyelesaian satu
masalah yang menimbulkan masalah baru.
Ø Tidak menyelesaikan
masalah tetapi belajar untuk hidup dengan masalah.
Tahap- tahapan:
pemahaman masalah: identifikasi dan diagnosis
penyelesaian masalah: pengembangan solusi dan memilah dan
menerapkan solusi
pastikan bahwa solusi berjalan dengan baik: monitoring dan tinjauan
ulang.[90]
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1) stakeholders adalah semua pihak baik individu atau
kelompok yang memiliki kepentingan yang mempengaruhi & dipengaruhi untuk
mencapai tujuan perusahaan/organisasi tersebut. Sedangkan bila dikaitkan denganmadrasah adalah semua pihak baik
individu/kelompok yang berkepentingan terhadap maju mundurnya, kuat lemahnya,
baik buruknya, dan hidup matinya sebuah madrasah. Atau bisa dikatakan pelaku
dan pelaksana pendidikan di madrasah.
2) . Menurut Prof. Dr.
H. Muhaimin, M.A, dkk, dalam buku manajemen pendidikan membagi stakeholders madrasah menjadi 3 kelompok
yaitu:
§ Primer: siswa
§ Sekunder:orang tua,
pemerintah.
§ Tersier: madrasah
(kepala sekolah, guru, pegawai, komite sekolah)
Dalam mengidentifikasi Stakeholders potensial dapat dilakukan
dengan mengajukan berbagai pertanyaan . misalnya, orang tua dengan tingkat
ekonomi bagaimana?,aliran apa?tinggal dimana(jarak rumah stakeholders dengan
madrasah)?,profesinya apa? Menginginkan ananya memiliki kecakapan apa setelah
lulus? Untuk menjawab pertanyaan tersebut bias dilakukan dengan metode survey.
Semua pertanyaan diatas kemudian dipetakan dengan tema tersendiri,setelah itu
dilakukan analisis terhadap varibel variable tersebut dan dilakukan pengecekan
silang sebelu mdisimpulkan.
3)langkah-langkah
dalam menentukan stakeholders madrasah sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi dan
memetakan hal-hal yang berkaitan dengan
sumberdaya yang ada dilembaga tersebut.
b) Menyesuaikan dengan
kondisi internal lembaga saat ini dan yang akan dating
c) Memberikan
kualifikasi pencapaian dengan
menggunakan skor “A” B” C”
d) Menganalisis tema
dengan mendasarkan pada kualifikasi skor.
4)Diantara alat-alat
analisis yang penting dalam menghasilkan informasi untuk proses pengambilan
keputusan adlah sebagai berikut:.
·
Benchmarking
·
Brain Storming
·
Diagram Tulang Ikan/Ishikiwa.
·
Five”Hows” ,Five “Whys”
·
Forcefield Analysis
·
Measurement Chart.
·
Analisis Pareto
·
Problem Solving Techniques
DAFTAR PUSTAKA
Michael A. hitt,dkk. alih
bahasa:armand hediyanto.1997. Manajemen Strategis: Menyongsong Era Persaingan dan Globalisasi.Jakarta:
ERlangga.
Mudrajad kuncoro.2005.Strategi:
Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.Jakarta: erlangga
Muhaimin,dkk.2009.Manajemen
Pendidikan:Aplikasinya dalam Penyusunan
Rencana PengembanganSekolah/Madrasah.cet.3. jakara: kencana
Ramayulis.2002.Ilmu
Pendidikan Islam.cet.3. Jakarta: kalam mulia
Raihani.2004. Kepemimpinan
Sekolah Transformatif, cet.2. Yogyakarta: LKIS
Sondang
P. Siagian.2004. Manajemen Internasional, cet. 1.Jakarta: PT Bumi Aksara
[1]
Mulyono ,Mnajemen administrasi &organisasi pendidikan ,mulyono hal 286
[3]
Ibid hal 15
[4]
Inu kencana s Ilmu administrasi public hal 48
[7] Al
quran ,surah al an’am ayat 165
[8] Al
quran ,surah at turr ayat 21
[9]http://kherysudeska.blogspot.com/
[10] Ibid, kherysudeska
[11] Harun nasution , filsafat agama , hal 3
[12] Muhammad muslih,filsafat ilmu,Hal 22
[13] Prajudi atmosudirdjo.administrasi dan manajemen umum ,hal 39-40
[14] Inu kencana s. ilmu administrasi public.Hal 15
[15]http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/
15-10-2011
[16]http://hilman2004materials.wordpress.com/2008/04/11/human-relation-dalam-organisasi-perusahaan/
15-10-2011
[17]http://pandidikan.blogspot.com/2010/11/pengarahan-dalam-managemen-madrasah.html15-10-2011
[18]
Stephen P.Robbins. Teori Organisasi Struktur, Desain, dan Aplikasi, (Jakarta:
Arcan: 1994), hlm.4
[20]
Ibid keits davis
[21]http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
15-10-2011
[22] Id.wikipedia.org/wiki/manjemen_risiko
[23] Herman Darmawi,MANAJEMEN
RISIKO,Cet.7,(Jakarata:Bumi Aksara, 2002), hal 17
[24] Muhaimin,MANJEMEN
PENDIDIKAN:Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah atau
Madrasah,Cet.3,(Jakarta:Kencana,2011), Hal 75
[25] Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia, MANAJEMEN PENDIDIKAN, Cet.1, (Bandung: Alfabeta,
2009), Hal. 163
[26] Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia, MANAJEMEN PENDIDIKAN, Cet.1, (Bandung:
Alfabeta, 2009), Hal 86
[27] Muhaimin, Loc. Cit.
[28] Id.wikipedia.org/wiki/manjemen_risiko
[29] Muhaimin, Op. Cit., Hal. 75-76
[30] Abbas Salim, ASURANSI DAN MANAJEMEN
RISIKO, Edisi.2,(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007) hal. 199
[33] Herman Darmawi, Loc. Cit.
[40] Muhaimin,MANJEMEN
PENDIDIKAN:Aplikasi Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah atau
Madrasah,Cet.3,(Jakarta:Kencana,2011), Hal.76-78
[41]
Sondang P. Siagian, dasar dasar manajemen, hlm 46
[42]
http: //As3 NgeBlogs » PENGERTIAN PERENCANAAN.htm
[43]Nanang
Fattah,. 2001, Landasan Manajemen Pendidikan
[44]
http: //As3 NgeBlogs » PENGERTIAN PERENCANAAN.htm
[45]Nanang
Fattah, Op.Cit, hlm 55
[46]
Ibid, hlm 60
[47]As3
NgeBlogs » PENGERTIAN PERENCANAAN.htm
[48]Nanang
Fattah, Op.Cit, hlm 51
[49]
Ibid, hlm 53
[50]
Ibid, hlm 65
[51]
Ibid, hlm 68
[52]
Sukanto reksohadiprodjo, Dasar- Dasar manajemen, ed. Ke-5, h. 31
[53]
Biru h. 177
[54]
Veitthzal Rivai
[55]
Akdon, h. 178
[56]
Sukanto h.31
[57]Ngalim Purwanto,
administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT Rmaja Rosdakarya, 2006 ), h. 128
[58]
Veithzal Rivai. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT raja
Grafindo Persada, 2008) h. 189
[59]Ngalim
Purwanto, administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung: PT Rmaja Rosdakarya, 2006 ),
h. 128- 131.
[60]Sukanto
Reksohadiprodjo. Dasar- Dasar manajemen, (Edisi ke- 51999.. BPFE:
Yogyakarta Sukanto, h. 39
[61]
Wewenang dan tanggung jawab
[62]Nanang
Fattah,Landasan Manajemen Pendidikan,(Bandung:PT.Remaja
Rosdakarya,2009),cet 10 h, 101
[63]Hadari
Nawawi,Administrasi Pendidikan,(Jakarta:CV.Haji Masagung,1988),cet 6
h,43
[64]Syarifuddin,Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam,(Jakarta:PT.Ciputat Press,2005) h,110
[65]Harabangan
Siagian,Administrasi Pendidikan Suatu Pendekatan Sistemik,(Semarang:Satya
Wacana,1989),cet 1 h, 57
[66]Soetjipto,Profesi
Keguruan,(Jakarta:PT.Rineka Cipta,2004),cet 2, h, 231
[67]Hendiyat
Soetopo,Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,(Jakarta:PT.Bina
Aksara,1988),cet 2, h, 41
[68]Yusak
BUrhanuddin,Administrasi Pendidikan,(Bandung:CV.Pustaka Setia,1988) h,
104-105
[69]Syafaruddin,Loc.cit
h, 114-116
[70]Nanang
Fattah, Loc.cit h,106-107
[71]Sondang
P Siagian,Filsafat Administrasi,(Jakarta:PT Bumi Aksara,2003) h,114
[72]Ibid,
h,115-116
[73]http://www.en.wikipedia.org.stakeholders.
30 november 2012 13:30
[74]
Mudrajad kuncoro, Strategi: Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Jakarta: erlangga, 2005),
hal. 8
[75]
Michael A. hitt,dkk, alih bahasa:armand hediyanto, Manajemen Strategis:
Menyongsong Era Persaingan dan Globalisasi (Jakarta: ERlangga, 1997) hal.22
[76]
Sondang P. Siagian, Manajemen Internasional, cet. 1 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004), hal. 60
[77]http://forums.klikajedah.net/showthread.php/6008-stakeholder
2o des” 2011 jam 11:45
[78]
Ibid.,
[80]
Raihani, Kepemimpinan Sekolah Transformatif, cet.2(Yogyakarta:
LKIS,2011) Hal.
[81]
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,cet.3, (Jakarta:
kalam mulia,2002), hal. 85
[82]
Michael A. Hitt,dkk, op.cit., hal. 24
[83]
Michael. A. hitt,dkk, loc.cit.,
[84]
Muhaimin, dkk, op.cit., hal. 137-138
[85]Ibid.,
Hal. 138-139
[86]Ibid.,
hal. 141
[87]
Ibid, hal,143-148
[88]Ibid,
hal. 150-152
[89]
Muhaimin, dkk, loc.cit.,
[90]
Ibid, hal, 121-134
Tidak ada komentar:
Posting Komentar